Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

WhatsApp Etiquette: 8 Etika yang Sering Terlupakan

20 September 2023   08:41 Diperbarui: 21 September 2023   19:51 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dokumen pribadi dari tangkap layar

Salah dalam memilih emoticon atau sticker bisa berabe loh, urusannya panjang. Kita juga perlu saring-saring mana emoticon atau sticker yang cocok atau tidak cocok.

Jangan sampai gegara sticker doang jadi salah persepsi satu sama lain. Kalau kita bingung apa arti masing-masing sticker, coba deh googling dulu.

Jadi gak asal comot emoticon dan sticker, tapi pelajari dulu apa yang sedang di diskusikan berikutnya sesuaikan emoticon dan sticker dengan topik yang sedang kita bahas. 

Emoticon dan sticker ini membuat kita terlihat lebih humble kepada siapapun yang berkirim pesan, suasana lebih cair lah, penerima pesan seolah-olah mampu melihat emosi dari emoticon ataupun sticker yang kita berikan.

Masak secanggih dan se humble ini fitur WhatsApp tidak kita gunakan demi kualitas komunikasi yang lebih baik? 

Ketujuh, gunakan basa basi yang tidak basi

Sumber gambar: dokumen pribadi dari tangkap layar
Sumber gambar: dokumen pribadi dari tangkap layar

Sewajarnya saja lah kalau memang harus berbasa basi, warga kita memang warga yang ramah dan paling bisa dengan basa basi, tapi jangan sampai basa basi justru menjadi sesuatu yang berlebihan dan tidak elok.

Katakan yang benar dengan sebenarnya, jangan dibumbui dengan berbagai hiperbola kata yang buat penerima pesan tidak nyaman. Termasuk didalamnya adalah bagaimana kita memanggil seseorang dengan sapaan sebutan.

Ada loh yang berantem hanya gara-gara merasa tersinggung dipanggil haji saat di WhatsApp. Rasanya justru bukan seperti memotivasi malahan, justru seperti melecehkan.

Jadi gak perlu lah panggil dengan menggunakan sebutan-sebutan yang "berat" tidak sesuai faktanya, tapi panggil saja dengan sebutan yang biasa digunakan, pak, ibu, mas atau apapun, agar tidak terkesan melecehkan.

Atau basa-basi dengan merendahkan diri yang berlebihan, misal dengan ngetik saya yang paling bodoh, yang paling ndak punya, atau apapun itu.

Ndak perlu lah, bernarasilah dengan narasi yang sesuai dengan fakta dan jangan pernah memanggil orang dengan gelar yang tidak ada pada orang tersebut, contoh dengan sebutan pak haji pada orang yang belum melaksanakan ibadah haji atau pak doktor bagi orang yang memang bukan doktor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun