Padahal salam dan sapa adalah sebuah hal penting dalam membuka komunikasi dan interaksi dua arah. Bagi rekan-rekan yang masih enggan memulai perpesanan dengan salam, coba deh tanya dengan hatinya, apakah elok memulai percakapan tanpa salam terlebih dahulu.Â
Lah ini cuman dimulai dengan "P", bahkan berulangkali dengan "P" dan "P" yang sama, seolah-olah memaksa kita untuk merespon apa yang diinginkan oleh pemberi pesan.
Kalau memang malas untuk membuka percakapan, udah deh manfaatkan aja panggilan WhatsApp yang bisa segera direspon oleh yang disapa.Â
Coba sadari, masa iya sih, kita yang butuh, justru kita yang meminta respon dari "P" kita. Kadang kala penulis sengaja mengabaikan pesan yang hanya "P" dan "P", baru akan penulis respon ketika sang pemberi pesan memulia percakapan dengan salam ataupun bertelepon.
Mulai sekarang mari kita ubah kebiasaan kita dalam memulai percakapan di WhatsApp yuk!
Kedua, tulis nama sesuai dengan kaidah penulisan
Sepele si, tapi jadi kebiasaan loh nanti, dan penulis pikir juga tidak elok. Nama adalah sebuah kata spesial yang sakral loh, di dalam nama terselip sebuah doa dan harapan.Â
Jadi mengagungkan nama yang tertulis pada setiap jentikan jari di keyboard kita adalah sebuah hal yang pantas dan bermartabat. Penulisan nama di awali dengan huruf kapital, dan pastikan tidak typo.Â
Tetap gunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dengan baik dan benar dalam penulisan nama. Jangan justru malah membuat nama yang kita sebut layaknya sebuah frasa biasa yang tanpa makna.
Tapi cobalah menghargai sebuah nama dalam perpesanan WhatsApp ini dengan baik. Senang dan bangga loh ketika ada teman yang menyebut dan menuliskan nama kita di WhatsApp sesuai dengan kaedah PUEBI.Â
Hal tersebut menandakan bahwa teman tersebut memang benar-benar menghargai kita. Sama lah dengan komunikasi luring dengan tatap muka langsung, teman salah sebut nama saja kita protes loh.Â
Jadi wajarkan kalau ini juga berlaku di percakapan WhatsApp?