Anda mungkin merasa itu adalah suatu hal yang belum saatnya dan sebaiknya diabaikan. “Ah, itu cinta monyet. Namanya juga anak-anak,” pikir Anda. Akan tetapi, psikolog Ajeng Raviando justru menangkap momen ketika anak menceritakan bahwa ia jatuh cinta sebagai hal yang positif. Ia mengatakan bahwa, itu artinya anak-anak percaya kepada orang tuanya. “Ini hal yang sensitif, lho, buat anak-anak. Mereka khawatir kalau Mama-Papanya tahu, mereka akan dicela, diledek-ledek,” ujarnya seperti dikutip dari parenting.co.id.
Ini hal pertama yang kami lakukan, mendengarkan cerita putri kami dengan seksama. Sangat penting kami lakukan sebab ini adalah pondasi awal kepercayaan putri kami terhadap kami selaku orang tua.
Bercerita tentang keadaan yang dialami di sekolah bagi putri kecil kami bukanlah sebuah hal sederhana, butuh keberanian yang besar untuk menghilangkan rasa malu yang luar biasa.
Dan ternyata putri kami lulus dalam ujian pertama ini, dia memberikan kepercayaan yang besar kepada kami dengan bercerita tentang apa yang di alami di sekolah.
Jangan di anggap sepele cerita mereka, sebab ketika kita menyepelekan cerita mereka maka mereka akan kapok untuk bercerita lagi.
Saya selalu memastikan untuk mendengarkan cerita putri kami dengan sebenar-benarnya, menjauhkan diri dari gadget sementara, berhenti dari berbagai aktivitas yang saya lakukan, duduk sambil menatap dan memperhatikan apa yang diceritakan oleh putri kecil kami.
Cara ini efektif dan ampuh untuk menuai kepercayaan putri kami, dan sekarang tidak perlu lagi kami bertanya tentang keadaan yang terjadi di sekolah. Setiap pulang sekolah ataupun sebelum tidur berbagai cerita tentang yang dialami di sekolah di ceritakan oleh putri kami, termasuk cerita tentang temannya saranghaeyo nya.
Kedua, Tidak Memberikan Respon Berlebihan
“Ini adalah kesempatan bagi Mama-Papa untuk memberi bekal kepada anak-anak kita tentang hubungan yang sehat,” ujarnya. Ia juga menambahkan, “Jadi, tip buat Mama-Papa kalau mau memberikan pemahaman yang membuat anak jadi lebih punya awareness tentang hubungan bisa dimulai sejak SD.” seperti dikutip dari parenting.co.id.
Langkah kedua yang kami lakukan berikutnya adalah tidak memberikan respon berlebihan atas cerita dari putri kecil kami.
Walaupun kami sempat kaget dan merasa lucu atas cerita yang putri kecil kami ceritakan, tapi kami mencoba menghargai perasaan putri kami.
Apa jadinya ketika kami tertawa terbahak-bahak ataupun sebaliknya marah besar setelah mendengar cerita dari putri kecil kami, pasti cerita itu menjadi cerita yang pertama dan terakhir yang akan kami dengar.