Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Saat Putri Kecil Kami Bilang Dicintai Teman Sekolahnya

8 November 2022   20:37 Diperbarui: 11 November 2022   16:49 1691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak remaja yang mulai mengenal pacaran. Sumber: Freepik.com/cookie_studio

"Ayah, ada teman yang suka sama aku, dia ketawa-ketawa waktu aku lewat, trus tangannya saranghaeyo (sambil memperagakan simbol cinta dengan ibu jari dan telunjuk)"

Dengan masih menggunakan seragam sekolah dan sedang mencoba untuk melepas sepatu, putri kami menyampaikan bahwa ada teman satu kelas yang menyukainya.

Beberapa saat saya terdiam sebentar mencoba memahami apa yang putri kami sampaikan sesaat setelah tiba di rumah, dalam hati kami,

"duh anak mulai pacaran nih, sudah mulai fase cinta-cinta monyet jangan-jangan"

Ngerti-ngertinya ya tentang simbol saranghaeyo dan apa maksud dari simbol itu, bahkan putri kami langsung to the point menyatakan bahwa "ada teman yang suka", artinya putri kami paham bahwa simbol saranghaeyo adalah simbol untuk menyatakan cinta. 

Saya mencoba memperjelas apa yang putri kami sampaikan, 

"memang disukain itu maksudnya gimana dek"

putri kami pun mencoba menerangkan, 

"ya kalau aku lewat dia ketawa-tawa dan tangannya gini (simbol saranghaeyo)"

lantas saya mencoba menepis apa yang mungkin sedang bergejolak di dalam hati putri kami, 

"heleh, ya nggak lah dek, sama semua teman kan memang harus ramah"

Ilustrasi cinta monyet I Sumber gambar diambil dari parenting.co.id
Ilustrasi cinta monyet I Sumber gambar diambil dari parenting.co.id

Terus terang saya merasa lucu sekaligus was was dan bertanya-tanya dalam hati, bagaimana mungkin seusia putri kami yang masih duduk di kelas 2 SD sudah merasakan fenomena sir-siran

Tapi kalau teringat tentang bagaimana malunya ketika di cie -cie in saat SD kelas 2, pada akhirnya saya menyadari bahwa di usia putri kami dan dulu saat kami seusia dengan putri kami yang sekarang, ada perkembangan naluriah sebagai manusia untuk belajar bagaimana rasanya mencintai dan dicintai oleh orang lain selain keluarga dengan kecintaan yang berbeda dengan kecintaan kepada keluarga.

Saya masih ingat dulu bagaimana malunya saya hanya karena di tulis namanya di papan tulis dengan nama seorang teman perempuan. Ada salah satu teman saya yang iseng menulis nama "Junjung dan Novi" di papan tulis, dan itu rasa malunya luar biasa, padahal kami tidak ada hubungan apa pun, secara kami masih anak SD. 

Kalau ingat kejadian itu saat sekarang ini jadi berpikir ngapain saya harus malu ya padahal kan tidak ada hal yang membuat malu, hanya ditulis namanya berpasangan dengan teman lain kok jadi malu. 

Mencoba bereksperimen dengan pengalaman masa lalu saya yang malu ketika namanya dipasangkan dengan teman lawan jenis, saya mencoba menulis nama putri kami berpasangan dengan teman yang lain, dan reaksinya ternyata sama dengan saya dulu, putri kami juga merasa malu. 

Sampai tiba pada sebuah kesimpulan, berarti pada usia ini adalah fase tumbuh kembang perasaan seorang anak, anak menjadi lebih sensitif dan anak juga sudah mulai belajar ketertarikan dengan teman yang lain.

Kekhawatiran Kami Sebagai Orang Tua

Surat cinta anak kelas 6 SD viral I Sumber gambar diambil dari akun twitter @tanyakanrl 
Surat cinta anak kelas 6 SD viral I Sumber gambar diambil dari akun twitter @tanyakanrl 

Untuk J tercinta, I love you J, aku mau menyampaikan bahwa aku ini pengen kamu **************** kmu di kamar mandi boleh?, yes no? J kenapa kamu tidak suka sama aku padahal aku liat kamu senyum hati langsung teriak karena kamu begitu manis dan cantik rasanya *********** coba kamu jelasin!, dikutip dari msn.com dari unggahan twitter @tanyakanrl pada Selasa 1 November 2022.

Beberapa waktu lalu warganet di gegerkan oleh unggahan dari akun @tanyakanrl yang saat ini viral karena mengunggah sebuah surat cinta yang sangat vulgar. Mengutip dari msn.com surat itu ditulis oleh seorang anak SD yang duduk di kelas 6. 

Yang bikin terkejut adalah kata-kata yang ditulis pada surat itu benar-benar sangat vulgar, melecehkan dan mengajak kepada perbuatan tidak senonoh. Saya sengaja menutup beberapa kalimat pada gambar di atas dan pada tulisan di bawah karena tulisan nya sangat tidak layak untuk ditayangkan. 

Miris sekaligus ngeri, selaku orang tua yang memiliki anak perempuan rasanya dunia tidak aman lagi bagi putri kami yang sedang beranjak dewasa. Tidak bisa membayangkan kalau saja surat diatas tidak  bertepuk sebelah tangan, ketika gadis kecil berinisial J tersebut memenuhi apa yang dimaukan oleh pengirim surat, masa depannya akan hancur dalam sekejap hanya karena cinta monyet yang liar

Kenapa dikatakan liar, karena cinta monyet sekarang sepertinya tidak seperti cinta monyet yang dulu. Walaupun ada saja yang kami anggap liar, tapi generasi kami dulu benar-benar tidak vulgar seperti ini. 

Bahkan kami dulu merasa sangat malu jika ketahuan menulis, membaca dan melihat sesuatu hal yang berhubungan dengan seks, kami anggap saru, tabu. Ini baru anak SD kelas 6 yang jangan-jangan belum mimpi basah tapi bahasanya sangat saru banget. 

By the way apasih sebenarnya cinta monyet itu? diterangkan oleh kompas.tv bahwa cinta monyet adalah perasaan romantis pertama yang muncul saat kematangan usia belum sempurna, dengan bahasa sederhana cinta monyet adalah sir-sir an ataupun ketertarikan anak pada lawan jenisnya.

Ilustrasi anak kecil membuat simbol saranghaeyo I Ilustrai gambar diambil dari siakapkeli.my
Ilustrasi anak kecil membuat simbol saranghaeyo I Ilustrai gambar diambil dari siakapkeli.my

Postingan surat cinta di atas otomatis membuat kami selaku orang tua merasa sangat was was, apalagi putri kami pernah bercerita bahwa temannya selalu senyum-senyum ketika bertemu dan membuat simbol saranghaeyo

Menjadi lucu terdengar, sebab kita merasa bahwa mereka adalah anak-anak. Tapi saya pikir-pikir, perbuatan temannya tersebut yang membuat simbol saranghaeyo bisa jadi seperti catcalling pada dunia dewasa. 

Bedanya adalah pada dunia dewasa catcalling lebih menjurus kepada pelecehan seksual, pada anak-anak kecil biasanya catcalling ini adalah godaan dari teman laki-laki untuk menarik perhatian teman perempuan lain.

Ilustrasi anak laki-laki melakukan cattcalling I Sumber gambar diambil dari tokopedia.com
Ilustrasi anak laki-laki melakukan cattcalling I Sumber gambar diambil dari tokopedia.com

Yang kami khawatirkan adalah generasi sekarang tidak seperti generasi kami dulu, anak SD sekarang lebih dewasa secara seksual dibandingkan kami dulu. 

Buktinya adalah surat yang ditulis di atas, ada ajakan untuk melakukan tindakan vulgar yang biasanya hanya diketahui oleh orang dewasa. Bagaimana bisa anak SD kelas 6 bahasanya sudah sangat vulgar seperti di atas?

Sepertinya ini adalah efek dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin hari semakin canggih. Anak-anak SD jaman sekarang dengan mudahnya bisa menemukan konten vulgar dimanapun. 

Berbeda dengan kami dulu, akses kami pada dunia vulgar terbatas dan setiap anak terkesan malu-malu jika kedapatan memiliki konten vulgar, baik berupa buku ataupun tayangan video. 

Jangan dibandingkan jaman sekarang dengan internet, dunia seperti tanpa batas. Ketika ponsel sudah dalam genggaman si kecil ini adalah bahaya laten, segala konten tanpa filter bisa diakses secara bebas dan inilah yang membuat pola pikir dan kedewasaan antara generasi kami yang lahir tahun 80 an berbeda dengan generasi sekarang yang lahir tahun 2015 ke atas. 

Dan sebagai laki-laki saya merasa mengerti bagaimana pola pikir dari seorang laki-laki walaupun dia masih SD, karena saya adalah laki-laki dan juga dulu bergaul dengan anak laki-laki lain. Pengalaman ini membuat saya merasa paham bagaimana pola pikir mereka yang kadang merasa sangat tertarik dengan sesuatu yang berbau vulgar. 

Komunikasi dan Kepercayaan Adalah Kunci Utama Pengawasan

Ilustrasi komunikasi dan kepercayaan I Sumber gambar diambil dari happinest.id
Ilustrasi komunikasi dan kepercayaan I Sumber gambar diambil dari happinest.id

Karena komunikasi saat ini adalah kunci utama bagi kami untuk melakukan kontrol sekaligus pengawasan terhadap tumbuh kembang anak kami yang sedang berada pada fase ini.

Bersyukur, putri kami ternyata mau menceritakan kejadian ini, setidaknya kami mengetahui apa yang terjadi dan sejauh mana kisah ini terjadi. 

Sebagai sebuah antisipasi dari hal-hal yang tidak di inginkan sebagai orang tua kami berusaha untuk tetap menjaga agar kepercayaan putri kami terhadap kami tetap terjalin. 

Jika komunikasi terhenti maka pintu pengawasan dan kontrol pun tertutup karena kami juga tidak akan mungkin menemani putri kami selama bersekolah, mengawasinya dari pelajaran pertama sampai terakhir hanya karena fenomena cinta monyet ini.

Kejadian-kejadian yang dialami biasanya kami ketahui dari proses interaksi antara kami dengan putri kami saat di rumah. Biasanya kami tanyakan tentang apa yang terjadi di sekolah, jajan apa, dapat nilai berapa, dan terakhir biasanya kami coba ulik tentang teman putri kami yang membuat simbol saranghaeyo

Yang mengejutkan adalah ternyata topik bahasan tentang si teman saranghaeyo tadi tidak ada habisnya. Ada saja yang diceritakan tentang temannya tadi. 

Hal ini menjadi sebuah indikator bahwa memang benar putri kami sedang berada pada fase tumbuh kembang cinta monyet.

Saat seperti ini biasanya adalah saat-saat kami juga memberikan pemahaman bahwa semua teman itu sama, tidak boleh colek-colekan badan dengan teman laki-laki, tidak boleh janjian dimanapun dengan teman laki-laki dan juga kami minta agar mengabaikan apapun yang disampaikan ataupun diminta temannya tadi saat di sekolah.

Bersyukur putri kami patuh, bahkan setiap hari seperti tidak ada habisnya dia bercerita tentang apapun yang terjadi di sekolah, termasuk bercerita tentang teman saranghaeyo nya.

Tentunya kepercayaan putri kami terhadap kami sehingga mau bercerita sampai pada sesuatu yang sangat memalukan bagi generasi kami dulu, bukanlah datang tiba-tiba dan tanpa proses. 

Pada awalnya karena saking malunya kadang putri kami dulu hanya tersenyum kecil saja lalu meninggalkan kami saat ditanya tentang teman saranghaeyo nya ini. Tapi sekarang, tanpa kami tanya terlebih dahulu, kadang dengan polos dan lugasnya putri kami menceritakan si teman tadi. 

Nah, berikut adalah beberapa hal yang kami lakukan sehingga putri kecil kami yang masih berada pada fase tumbuh kembang cinta monyet membuka diri untuk berkata jujur menyampaikan segala hal yang terjadi pada kami tentang cinta monyet nya tersebut.

Pertama, Mendengarkan Cerita 

Ilustrasi mendengarkan saat anak sedang bercerita I Sumber ilustrasi gambar diambil dari lifestyle.kompas.com
Ilustrasi mendengarkan saat anak sedang bercerita I Sumber ilustrasi gambar diambil dari lifestyle.kompas.com

Anda mungkin merasa itu adalah suatu hal yang belum saatnya dan sebaiknya diabaikan. “Ah, itu cinta monyet. Namanya juga anak-anak,” pikir Anda. Akan tetapi, psikolog Ajeng Raviando justru menangkap momen ketika anak menceritakan bahwa ia jatuh cinta sebagai hal yang positif. Ia mengatakan bahwa, itu artinya anak-anak percaya kepada orang tuanya. “Ini hal yang sensitif, lho, buat anak-anak. Mereka khawatir kalau Mama-Papanya tahu, mereka akan dicela, diledek-ledek,” ujarnya seperti dikutip dari parenting.co.id.

Ini hal pertama yang kami lakukan, mendengarkan cerita putri kami dengan seksama. Sangat penting kami lakukan sebab ini adalah pondasi awal kepercayaan putri kami terhadap kami selaku orang tua. 

Bercerita tentang keadaan yang dialami di sekolah bagi putri kecil kami bukanlah sebuah hal sederhana, butuh keberanian yang besar untuk menghilangkan rasa malu yang luar biasa. 

Dan ternyata putri kami lulus dalam ujian pertama ini, dia memberikan kepercayaan yang besar kepada kami dengan bercerita tentang apa yang di alami di sekolah. 

Jangan di anggap sepele cerita mereka, sebab ketika kita menyepelekan cerita mereka maka mereka akan kapok untuk bercerita lagi. 

Saya selalu memastikan untuk mendengarkan cerita putri kami dengan sebenar-benarnya, menjauhkan diri dari gadget sementara, berhenti dari berbagai aktivitas yang saya lakukan, duduk sambil menatap dan memperhatikan apa yang diceritakan oleh putri kecil kami. 

Cara ini efektif dan ampuh untuk menuai kepercayaan putri kami, dan sekarang tidak perlu lagi kami bertanya tentang keadaan yang terjadi di sekolah. Setiap pulang sekolah ataupun sebelum tidur berbagai cerita tentang yang dialami di sekolah di ceritakan oleh putri kami, termasuk cerita tentang temannya saranghaeyo nya.

Kedua, Tidak Memberikan Respon Berlebihan

Ilustrasi memberikan respon berlebihan I Sumber ilustrasi gambar diambil dari lifestyle.kompas.com dari THINKSTOCK.COM
Ilustrasi memberikan respon berlebihan I Sumber ilustrasi gambar diambil dari lifestyle.kompas.com dari THINKSTOCK.COM

“Ini adalah kesempatan bagi Mama-Papa untuk memberi bekal kepada anak-anak kita tentang hubungan yang sehat,” ujarnya. Ia juga menambahkan, “Jadi, tip buat Mama-Papa kalau mau memberikan pemahaman yang membuat anak jadi lebih punya awareness tentang hubungan bisa dimulai sejak SD.” seperti dikutip dari parenting.co.id.

Langkah kedua yang kami lakukan berikutnya adalah tidak memberikan respon berlebihan atas cerita dari putri kecil kami. 

Walaupun kami sempat kaget dan merasa lucu atas cerita yang putri kecil kami ceritakan, tapi kami mencoba menghargai perasaan putri kami. 

Apa jadinya ketika kami tertawa terbahak-bahak ataupun sebaliknya marah besar setelah mendengar cerita dari putri kecil kami, pasti cerita itu menjadi cerita yang pertama dan terakhir yang akan kami dengar. 

Andaikan kami merespon dengn tertawa terbahak-bahak karena kami pikir itu lucu, pasti putri kecil kami merasa di rendahkan, merasa tidak dipercayai ataupun merasa dianggap sebagai bahan candaan semata. 

Hal ini pasti membuat putri kecil kami kecewa dan pasti tidak akan ada lagi cerita-cerita yang lain, sebab putri kecil kami merasa tidak dihargai.

Ataupun sebaliknya, andaikan kami marah besar, dengan nada keras langsung melarang, menghardik dan meminta putri kecil kami untuk tidak berteman lagi dengan teman saranghaeyo nya, ini juga jadi masalah. 

Putri kami pasti akan merasa takut dan trauma sehingga tidak akan mungkin bercerita lagi tentang teman sarangaheyo nya kepada kami.

Langkah kedua ini tak kalah penting dari langkah pertama, dan merupakan pintu masuk kami sebagai orang tua untuk menanamkan pemahaman tentang batasan bergaul dengan teman lawan jenis, hal-hal apa saja yang harus dilakukan ketika teman saranghaeyo nya melakukan catcalling lagi dan juga memberikan pola pikir bahwa semua teman adalah teman. 

Bagaimana mungkin hal di atas bisa kita tanamkan kepada putri kecil kami jika putri kami saja menghindar/ menolak nasehat yang kami berikan akibat dari respon berlebihan yang kami berikan.

Untungnya saya dan istri tidak bereaksi merespon cerita tentang teman saranghaeyo nya dengan respon yang berlebihan. Sepertinya perlakuan kami ini membuat putri kami tambah nyaman bercerita dengan kami, ada rasa kepercayaan yang mendalam. 

Sehingga momen ini kami manfaatkan sekaligus untuk menanamkan nilai-nilai yang harus diketahui dalam fase tumbuh kembang cinta monyet yang sedang putri kami alami. 

Ketiga, Memposisikan Diri Sebagai Teman

Ilustrasi menjadi teman Anak | Foto: Envato  berkeluarga.id
Ilustrasi menjadi teman Anak | Foto: Envato  berkeluarga.id

“Anak-anak mulai tertarik pada lawan jenis pada usia sekitar kelas 5 SD atau 10-11 tahun,” ujar Diane Bloomfield, M.D., dokter anak di Children’s Hospital, Montefiore NY, AS. (Bahkan taksir-taksiran mungkin saja sudah terjadi saat ia kelas 3 atau 4 SD). Itu merupakan bagian dari masa prapubertas, dan bagian dari mulai tumbuhnya kesadaran diri si kecil dan kesadaran akan orang lain, seperti dikutip dari parenting.co.id.

Masa prapubertas adalah masa penting bagi tumbuh kembang anak menuju fase remaja awal. Banyaknya kematangan organ reproduksi tidak di iringi dengan kematangan pola pikir sebagaimana pola pikir manusia dewasa yang bisa memilah dan memilih mana perbuatan yang pantas ataupun yang tidak pantas. 

Maka ini menjadikan pentingnya kami memposisikan diri sebagai teman untuk putri kami yang sedang berada pada fase cinta monyet. Dengan memposisikan diri sebagai teman tentunya ini akan semakin membuat putri kecil kami semakin nyaman.

Kenyamanan ini membuat putri kami mudah untuk kami bimbing. Coba kita ingat-ingat, dulu kita juga pernah merasakan bagaimana masa prapubertas. 

Masa-masa ini membuat emosi anak kadang menjadi tidak stabil, sensitif dan terkesan membangkang. Hal ini wajar dikarenakan masa persiapan menjadi pubertas melibatkan berbagai produksi hormon yang berlebih, sehingga membuat emosi anak menjadi tidak stabil. 

Saya pikir saat ini putri kami masuk ke masa prapubertas, indikatornya adalah adanya ketertarikan dengan teman lawan jenis. 

Kok tahu tertarik darimana, dari gestur malu-malunya ketika kami bertanya tentang teman saranghaeyo nya tadi. Gak nyangka anak sd kelas dua sudah ngerti tentang taksir-taksiran. 

Lalu apa yang harus kami lakukan? pada fase ini langkah terbaik setelah dua langkah di atas adalah memposisikan diri kami sebagai teman. 

Hal ini penting dilakukan sebab pada fase tumbuh kembang ini anak sudah mulai belajar "ke aku an nya", merasa diri menjadi pribadi yang merdeka sehingga membuat anak pada fase ini berani menentang keinginan yang berada di luar diri mereka sendiri.  

Dengan memposisikan diri sebagai teman membuat kami semakin leluasa untuk lebih dekat. Ada penerimaan terhadap kehadiran kami sebagai orang tua dan juga sekaligus sebagai teman oleh putri kami. 

Karena menganggap sebagai teman maka akan menggugah rasa empati dan simpati sebagai mana layaknya seorang teman dekat. 

Tentunya hal ini berdampak sangat baik bagi hubungan kami, karena menganggap kami sebagai teman maka jiwa-jiwa "ke aku an nya" seakan-akan hilang. Tidak ada pertentangan yang kami dapatkan dari berbagai saran yang kami berikan.

Justru kadang putri kami meminta pendapat, mana yang salah dan mana yang benar dan apa yang harus dilakukan ketika menghadapi kejadian yang dialami di sekolah. Hal ini juga membuat kami semakin mudah dalam mengontrol putri kami yang sedang berada pada fase tumbuh kembang cinta monyet.

Komunikasi, Kejujuran dan Kedekatan Tidak Instant 

Ilustrasi komunikasi, kejujuran dan kedekatan I Ilustrasi gambar diambil dari hellosehat.com
Ilustrasi komunikasi, kejujuran dan kedekatan I Ilustrasi gambar diambil dari hellosehat.com

Melalui komunikasi, kita dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak, mengetahui perasaan anak, menjalin hubungan dengan anak, dan memengaruhi anak, dikutip dari paudpedia.kemdikbud.go.id.

Komunikasi menjadi kunci dari berbagai permasalahan yang anak hadapi di berbagai lingkungan. Dengan komunikasi yang baik maka kita sebagai orang tua mampu mendeteksi lebih awal tentang berbagai gejala tumbuh kembang yang sedang di alami anak. 

Komunikasi juga merupakan sarana yang paling utama dalam menjalin hubungan orang tua kepada anak dan juga merupakan sarana bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur. 

Dengan komunikasi juga dapat mempengaruhi/ menanamkan pola pikir yang baik berdasarkan norma-norma yang ada di dalam masyarakat sehingga anak akan terhindar dari perbuatan yang tidak terpuji. 

Begitu pentingnya makna komunikasi bagi tumbuh kembang seorang anak, sehingga efek buruk dari surat cinta yang diberikan seorang anak kelas 6 SD kepada teman perempuan berinisal J tersebut dapat dicegah. 

Andai saja pada waktu itu J tidak berterus terang mengkomunikasikan apa yang sedang dialaminya kepada orang tuanya, bisa jadi cerita nya akan lain. Dengan komunikasi inilah pencegahan dapat dilakukan.

Begitu juga dengan putri kami, dengan jujurnya bercerita tentang teman saranghaeyo nya tadi maka kami juga bisa lebih waspada dan melakukan beberapa langkah-langkah yang kami perlukan demi mengamankan dari efek negatif fase tumbuh kembang cinta monyet yang sedang putri kami alami. 

Kejujuran dan kedekatan putri kami saat ini dalam fase tumbuh kembang cinta monyet bukan sesuatu yang kami dapatkan secara instant, beberapa langkah di atas adalah langkah-langkah yang kami lakukan dalam rangka membuat kepercayaan dan menjaga komunikasi antara kami dengan putri kami. 

Hal ini kami peroleh dengan proses pendekatan yang panjang dan penuh kesabaran. Andai saja saat itu kami tidak tepat dalam melakukan pendekatan, pasti sampai dengan saat ini kami tidak mengerti tentang sejauh mana cinta monyet yang sedang di alami putri kami. 

Beruntung, kami melakukan 3 hal di atas sebagai proses pendekatan, komunikasi pun berjalan dengan lancar sehingga saat ini kami mengerti sejauh mana hubungan putri kami dengan teman saranghaeyonya tadi.

Semoga pengalaman ini menjadi cerita baik bagi kami dan juga bagi para orang tua sekalian yang sedang menghadapi fase tumbuh kembang putra putri kecilnya pada fase cinta monyet, semoga bermanfaat. 

Jangan sampai putri-putri kita terjamah dan rusak hanya karena fase tumbuh kembang prapubertas yang sedang di alami oleh teman seusianya di sekolah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun