Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

4 Hal Pencegahan Korban Jiwa pada Kegiatan Siswa di Alam Terbuka

17 Oktober 2022   10:13 Diperbarui: 19 Oktober 2022   17:45 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggunakan jaket keselamatan saat berada di air (Ilustrasi gambar diambil dari katigaku.top)

Selama tiga tahun berturut-turut jagad dunia pendidikan berduka, beberapa siswa harus kehilangan nyawa karena kegiatan sekolah yang dilakukan di alam terbuka. Apa langkah yang harus dilakukan agar kejadian serupa tak terulang?

Pada 12 Oktober kemarin 3 siswa SMP IT Al Hikmah Depok Jawa Barat tewas terseret arus sungai saat kegiatan LDKS. Satu tahun lalu pada 15 Oktober 2021, sebanyak 11 siswa MTS Harapan Baru Kabupaten Ciamis Jawa Barat juga ditemukan tewas setelah sebelumnya dikabarkan terseret arus sungai saat kegiatan pramuka. 

Dua tahun sebelumya pada 21 Februari 2020 kejadian serupa juga terjadi, 10 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat kegiatan susur sungai yang dilakukan oleh siswa SMPN 1 Turi, Sleman, Yogyakarta, dikutip dari kompas.com. 

 Sebanyak 11 siswa MTS Harapan Baru tewas dan 2 orang kritis saat menjalani kegiatan pramuka susur sungai. (ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI dari Kompas.com)
 Sebanyak 11 siswa MTS Harapan Baru tewas dan 2 orang kritis saat menjalani kegiatan pramuka susur sungai. (ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI dari Kompas.com)

Kejadian ini sebenarnya bukan lagi hal yang baru, ada saja kejadian yang memakan korban pada beberapa kegiatan di alam terbuka yang diselenggarakan oleh sekolah.

Tiga berita di atas adalah yang terhimpun oleh penulis dari salah satu sumber media besar yaitu kompas.com, diluar sana memungkinkan ada beberapa tragedi serupa yang terjadi. Padahal hal ini sudah terjadi berulang kali, bahkan menelan korban jiwa, tapi kenapa tetap saja terulang pada tahun-tahun berikutnya?

Penanggung jawab pada kegiatan ini pun pada akhirnya satu per satu menjadi tersangka, ada indikasi kelalaian dari penanggung jawab kegiatan, yang pada akhirnya menimbulkan banyak korban jiwa harus melayang. 

Pengalaman pribadi penulis yang beberapa kali mengikuti kegiatan siswa di alam terbuka, kadang persiapan yang dilakukan kurang matang. 

Ada mindset semacam "lah, aman-aman, orang tiap tahun begini kok", bahkan ketika kita mengusulkan untuk tanggap terhadap segala resiko, kadang ini diangap sebagai sesuatu yang hiperbolis, "lebay lu mah", untungnya pada kegiatan yang penulis ikuti sebagai salah satu penanggung jawab pada kegiatan tersebut, berjalan dengan lancar dan tidak ada korban terluka ataupun korban jiwa, alhamdulillah.

Mindset "lah, aman-aman, orang tiap tahun begini kok", ini lah yang membuat berbagai kegiatan menjadi tidak aware terhadap potensi bahaya yang bisa terjadi. Jika sudah demikian maka nonsense ada skenario penanggulangan bahaya ataupun perlengkapan keselamatan yang disiapkan.

Meniadakan kegiatan siswa di alam terbuka juga bukan pilihan yang tepat, karena siswa juga perlu belajar mengenal etika tentang alam sekitar dan berbagai manfaat lain dari kegiatan di alam terbuka. 

Yang jelas sudah saatnya manajemen perencanaan kegiatan siswa di alam terbuka harus di evaluasi dengan benar-benar agar tidak lagi menimbulkan korban jiwa. Kegiatan siswa di alam terbuka tetap bisa dilaksanakan, asal menggunakan protokol perencanaan yang tepat. 

4 Hal Pencegahan Korban Jiwa Pada Kegiatan Siswa di Alam Terbuka

Berikut adalah 4 hal yang harus dilakukan ketika sekolah akan mengadakan kegiatan siswa di alam terbuka sebagai upaya pencegahan korban jiwa.

1. Observasi identifikasi bahaya

Observasi identifikasi bahaya(Ilustrasi gambar diambil dari halimunsalak.org)
Observasi identifikasi bahaya(Ilustrasi gambar diambil dari halimunsalak.org)

Banyak kasus yang terjadi berawal dari ketidakwaspadaan penanggung jawab kegiatan terhadap potensi bahaya yang terjadi. Wajib bagi sekolah penyelenggara kegiatan siswa di alam terbuka untuk melakukan observasi terhadap lingkungan yang akan digunakan dalam berkegiatan. 

Hasil observasi ini wajib dimiliki setiap sekolah jika akan mengadakan kegiatan di alam terbuka, hasil observasi bisa berupa kajian literatur, wawancara dengan pengelola, wawancara kepada seseorang yang pernah berkegiatan di tempat tersebut dan pengamatan langsung yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pada lokasi yang akan dijadikan tempat kegiatan.

Observer jangan tunggal, tetapi minimal ada lima observer agar hasil observasi semakin valid. Jangan lupa juga agar para observer ini melengkapi hasil observasinya dengan berbagai dokumentasi baik berupa poto ataupun video tentang beberapa titik lokasi yang berpotensi menimbulkan bahaya. 

Hasil observasi kemudian dibawa kembali ke sekolah, penanggung jawab kegiatan bersama manajemen sekolah (Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah) melakukan diskusi hasil observasi yang telah dilakukan. 

Kenapa dipilih sampai dengan lima observer? 

Hal ini selain membuat data semakin valid disamping itu juga meminimalisasi potensi "data palsu" akibat semangat berkegiatan yang tinggi. "Data palsu" dimaksud sebagai manipulasi hasil observasi agar kegiatan dapat tetap terlaksana.

Level ancaman bahaya terbesar adalah jatuhnya korban jiwa, maka semaksimal mungkin dalam diskusi tersebut justru kita harus mencari potensi-potensi bahaya yang bisa menimbulkan korban jiwa. Baik bersumber dari alam ataupun dari faktor non alam. 

Dari faktor alam diantaranya adalah risiko banjir bandang, tanah rawan longsor, lumpur hisap. Risiko non alam diantaranya adalah adanya hewan buas, banyak babi hutan, banyak ular, banyak lintah/pacet, penduduk sekitar yang tidak ramah dan satu lagi seberapa "angker" nya tempat tersebut. 

Ini penting loh, kadang malah faktor ini kadang terlupakan, seolah-olah kita lupa bahwa manusia di dunia ini sendiri, padahal ada makhluk lain yang tidak kasat mata yang di ciptakan oleh Sang Pencipta Alam Semesta yang punya kewajiban dan tatanan hidup yang sama, sebagaimana ciri seorang yang beriman adalah percaya dengan sesuatu yang goib. Repot juga ketika kita berkegiatan dan tiba-tiba terjadi kesurupan massal.

Jika hasil diskusi tentang hasil observasi menyimpulkan bahwa lokasi kegiatan layak digunakan, maka kita bisa lanjut pada tahap berikutnya.

2. Lakukan simulasi terlebih dahulu

Melakukan simulasi susur sungai (Ilustrasi gambar diambil dari sumeks.co)
Melakukan simulasi susur sungai (Ilustrasi gambar diambil dari sumeks.co)

Dengan simulasi akan menambah wawasan tentang keadaan lokasi secara menyeluruh, mengidentifikasi titik-titik rawan, dan lebih mematangkan perencanaan kegiatan. Matang dalam pemilihan rute, kegiatan apa saja yang bisa dilaksanakan serta peralatan yang diperlukan saat berkegiatan agar siswa tetap aman selama melaksanakan kegiatan.

Jika diskusi tentang potensi bahaya telah dilaksanakan dan hasil dari diskusi tersebut adalah kegiatan siswa di alam terbuka bisa dilanjutkan, maka tahap berikutnya adalah simulasi kegiatan. 

Simulasi kegiatan ini adalah hal wajib dan penting dilakukan agar penanggung jawab kegiatan mengetahui hal-hal yang diperlukan selama kegiatan dilaksanakan. Simulasi kegiatan ini dilaksanakan real langsung di lokasi yang akan dijadikan tempat kegiatan.

Dari simulasi yang dilakukan, maka kita juga akan paham hal-hal apa saja yang tidak boleh dilakukan saat berkegiatan. Informasi ini penting agar siswa sebagai pelaku kegiatan tetap aman dalam berkegiatan. 

Penanggung jawab kegiatan juga akan memperoleh informasi perlengkapan keselamatan apa saja yang harus disiapkan saat kegiatan dilaksanakan. 

Saat simulasi kegiatan dilaksanakan, maka laksanakan juga simulasi dalam penanganan bahaya sebagai persiapan jika ada insiden yang terjadi saat kegiatan berlangsung.

Yang jelas, hal kedua dalam pencegahan korban jiwa ini penting dan wajib dilaksanakan, karena akan menutup celah-celah kekurangan informasi yang bisa membahayakan jiwa peserta kegiatan. 

Maka siapapun yang jadi penanggung jawab kegiatan, yuk laksanakan simulasi!

3. Siapkan peralatan keselamatan

Menggunakan jaket keselamatan saat berada di air (Ilustrasi gambar diambil dari katigaku.top)
Menggunakan jaket keselamatan saat berada di air (Ilustrasi gambar diambil dari katigaku.top)

Setelah simulasi selesai dilaksanakan, maka kita akan mengetahui hal-hal yang berpotensi bahaya saat kegiatan berlangsung. Dari informasi ini lah maka penanggung jawab kegiatan dapat menyiapkan berbagai peralatan keselamatan yang dibutuhkan oleh siswa saat berkegiatan. Salah satu contoh adalah jaket keselamatan saat siswa akan berkegiatan di air.

Penulis pernah menjadi salah satu penanggung jawab saat kegiatan siswa di alam terbuka. Saat itu kegiatan yang dilaksanakan adalah siswa susur sungai sendiri tanpa berkelompok. Maka kami menyiapkan "rompi tali" yang kami desain sebagai alat keselamatan siswa. 

Rompi ini adalah anyaman tali yang diikat melingkar pada ketiak, bahu, leher peserta sehingga seperti rompi. Digunakan untuk menahan tubuh siswa agar tidak masuk ke dalam air (dengan cara menarik rompi tali siswa) saat siswa terjatuh ketika melaksanakan susur sungai. 

Desain rompi tali ini dadakan, bahkan mengharuskan kami untuk menghentikan kegiatan sementara agar bisa mendesain dan mencoba keefektifan alat keselamatan yang seadanya tersebut. 

Dadakan karena seperti biasa saat kegiatan di alam terbuka ada mindset "lah, aman-aman, orang tiap tahun begini kok" membuat kami saat itu tidak seberapa aware dengan potensi bahaya yang bisa saja terjadi. 

Untung sebagai penanggung jawab kami juga berada di dalam lokasi kegiatan siswa, jadi segala potensi bahaya bisa kami deteksi secara dini dan segera melakukan penanganan saat kegiatan berlangsung. 

Tapi penanganan seperti ini tidak tepat dilakukan, karena pada akhirnya kegiatan akan terhambat karena menunggu lama datangnya alat keselamatan, dan alat yang digunakan pada akhirnya hanyalah alat keselamatan sederhana yang kadar efektifannya tidak teruji. 

Lebih tepat dan akan lebih siap, jika persiapan peralatan keselamatan ini di siapkan jauh hari sebelum pelaksanaan kegiatan. Karena persiapan yang matang membuat segala sesuatu tidak asal dan menjadi sempurna. 

Masa iya untuk harga sebuah "nyawa" kita ngasal?

4. Bekerja sama dengan dinas terkait

Personil BPBD Jabar yang akan siap siaga selama 24 jam untuk mengantisipasi potensi bencana (Ilustrasi gambar diambil dari jabarekspres.com)
Personil BPBD Jabar yang akan siap siaga selama 24 jam untuk mengantisipasi potensi bencana (Ilustrasi gambar diambil dari jabarekspres.com)

Jika ada yang bilang lebay, maka silahkan bertanya balik, apakah rela saat anaknya berkegiatan dan mendapatkan musibah saat kegiatan lalu tidak bisa terselamatkan hanya karena terlambat menolong karena tidak tahu (tidak bisa berenang atau tidak terampil dalam pertolongan pertama) bagaimana cara menolong?

Tahapan ini adalah hal yang juga penting dan harus dilaksanakan. Saat kegiatan berlangsung di alam terbuka, maka wajib bagi sekolah untuk menghadirkan tim pendamping keselamatan yang telah terlatih dan teruji dalam penyelamatan. 

Tim ini akan bertugas mengawasi dan akan selalu siap sedia saat insiden terjadi. Kebanyakan yang terjadi tim penyelamat ini hadir di lokasi kejadian saat kejadian telah berlangsung beberapa saat, tentu hal ini fatal. 

Dalam tiap insiden yang membahayakan jiwa, maka waktu adalah faktor penting dalam potensi keselamatan. Semakin lama dalam penyelamatan maka potensi kehilangan nyawa juga semakin besar.

Maka belajar dari berbagai insiden yang terjadi, wajib bagi sekolah untuk bekerja sama dengan dinas yang bertanggung jawab terkait pertolongan dan penyelamatan korban bencana. 

Ada dinas pemadam kebakaran, ada BPBD, atau mungkin BASARNAS. Tapi yang paling dekat dan sesuai kewilayahan yang biasa kami hubungi ketika akan melaksanakan kegiatan saat-saat kemarin adalah BPBD (Badan Penanggulangan Bencana daerah). 

Tim keselamatan dari BPBD adalah orang-orang ahli yang sudah mumpuni dan teruji dalam penyelamatan berbagai insiden yang terjadi. Jadi diharapkan dengan kehadiran tim ini mampu meminimalisir jatuhnya korban. 

Para personilnya terlatih dalam memberikan tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan sekaligus seseorang yang dibekali dengan keahlian terlatih dalam berbagai hal yang dibutuhkan dalam tindakan penyelamatan.

Gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan

Tanggung jawab seorang guru menjaga keselamatan siswa.(Ilustrasi gambar diambil dari acerforeducation.id)
Tanggung jawab seorang guru menjaga keselamatan siswa.(Ilustrasi gambar diambil dari acerforeducation.id)

Ada sebuah quote bijak menarik, "ketika kita gagal merencanakan, maka kita merencanakan kegagalan". Ketika persiapan 4 hal ini gagal kita rencanakan dan kita laksanakan, maka sama saja kita merencanakan sebuah kegagalan kegiatan. 

Gagal yang dimaksud adalah gagal dalam meminimalisasi potensi korban jiwa yang bisa saja terjadi. Ingat setiap jiwa adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa, yuk sebagai seorang guru, maksimalkan tanggung jawab yang kita terima sebagai penanggung jawab kegiatan agar tetap menjaga jiwa-jiwa yang dititipkan kepada kita, yaitu para siswa. 

Penyesalan itu di akhir, maka sebelum terjadi penyesalan marilah kita sama-sama peduli tentang berbagai potensi bahaya yang bisa saja terjadi saat berkegiatan di alam terbuka. 

Mari kita laksanakan 4 hal tahapan di atas sebagai bentuk tanggung jawab kita. Jangan sampai ada lagi cerita nyawa siswa melayang hanya karena kegiatan siswa yang diadakan di alam terbuka, sepakat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun