Mohon tunggu...
Juneman Abraham
Juneman Abraham Mohon Tunggu... Dosen - Kepala Kelompok Riset Consumer Behavior and Digital Ethics, BINUS University

http://about.me/juneman ; Guru Besar Psikologi Sosial BINUS; Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI); Editor-in-Chief ANIMA Indonesian Psychological Journal; Asesor Kompetensi - tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pantang Pupus di Jalur Scopus

7 Agustus 2024   13:00 Diperbarui: 7 Agustus 2024   18:38 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan-jalan beli kaktus
mampir makan soto pakai sate usus
Wahai dosen yang akan dapat seratus
pantang lah pupus di jalur Scopus

Banyak orang Indonesia, mulai dari dosen, ilmuwan, hingga pejabat publik yang pupus di jalur Scopus. Tulisan ini mengajak kita semua untuk tidak pupus, melainkan "melampaui" Scopus. 

Caranya? Berani melalui jalur itu (tidak menghindar) sepanjang belum dibongkar. Namun tidak menjadikan Scopus sebagai tujuan melainkan jembatan untuk mengokohkan keilmuan dan lebih lanjut berkiprah atas dasar saintifik yang kokoh itu.

Scopus rupanya masih menjadi perhatian nasional. Ketua DPR pun turut berkomentar mengenai Scopus pada beberapa kesempatan sepanjang bulan Juli 2024 mengiringi pemberitaan tentang upayanya menjadi guru besar. Antara lain, "jika hanya fokus pada jurnal terindeks Scopus, dikhawatirkan justru bisa membuat pertumbuhan dan perkembangan jurnal kampus menjadi menurun". 

Tak ketinggalan, masih di bulan Juli, seorang staf khusus Presiden dikritik oleh seorang netizen karena tidak memiliki publikasi Scopus dari studi pascasarjana yang dibiayai dengan beasiswa Pemerintah RI. Menurutnya, seorang lulus pascasarjana seharusnya dapat "dipersoalkan" (maksudnya, ditelaah, diperbincangkan) publikasi Scopusnya. Setahun sebelumnya, Scopus mengisi headline surat kabar nasional, Kompas, dalam kaitan dengan perjokian karya ilmiah para calon guru besar Indonesia.

Plt. Dirjen Diktiristek, Nizam, pun menegaskan di bulan Maret 2024 bahwa banyak yang mempublikasikan tulisan ilmiah namun menjadi mangsa jurnal abal-abal.  Menurut beliau, tampilan jurnal yang abal-abal sulit dibedakan dari jurnal internasional yang kredibel.

Hal-hal tersebut menandakan bahwa Scopus semakin populer tidak hanya di kalangan akademisi, tetapi juga pada masyarakat umum. Masyarakat sudah semakin terliterasi, misalnya, bahwa "Tak semua Scopus itu bagus". 

Masyarakat sudah semakin mampu menilai, Scopus yang bagaimana yang layak sebagai ukuran kelayakan seorang profesor. Intinya, Jangan asal Scopus! 

Apa artinya Pupus?

Pupus di jalur Scopus dapat memiliki bermacam makna:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun