Mohon tunggu...
Junaidi Khab
Junaidi Khab Mohon Tunggu... Editor -

Junaidi Khab lulusan Sastra Inggris UIN Sunan Ampel Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jalan Pulang

13 November 2017   11:14 Diperbarui: 13 November 2017   11:24 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kenapa kalian tak lang-bilang kalau ada yang kabur?!" teriak Kartajul dengan logat daerahnya dan celurit di tangan kanannya.

"Maaf pak, kami semua tertidur sejak pemberangkatan tadi."

Brodin sebagai orang yang dipercaya oleh  Kartajul dan rekan-rekan TKI lainnya berdiri menjelaskan peristiwa yang  terjadi. Dengan berang, Kartajul menggerutu habis-habisan. Dia berbicara  bak orang yang sedang tak sehat akal. Celurtinya diayun-ayunkan ke  sana-sini.

"Kalian jangan ba-coba kabur juga. Nanti saya bacok!"

Brodin dan rekan-rekannya mengangguk  dengan rasa penuh ketakutan melihat Kartajul yang gusar. Tak jauh dari  pandangan bis berjalan, tampak segerombolan orang berkumpul. Dengan  melongok-longok di jendela bis, Brodin berteriak meminta sopir bis  berhenti. Sudah kelihatan dengan jelas. Keluarga Brodin menunggu di  pinggir jalan raya dengan satu juta uang tebusan. Suasana suka pun  mengepul di pinggir jalan itu usai Kardiah, ibu Brodin memberikan uang  tebusan pada Kartajul yang masih kelihatan gusar. Kartajul sudah  mengalami kerugian yang sangat besar akibat tak tahu balas budi para  tahanan TKI yang melarikan diri.

Sejak itu, Brodin tak lagi menjadi TKI  ilegal. Dia mengurus surat-surat ijin dan paspor untuk menjadi TKI legal  dan mendapat naungan hukum dari negara. Itu pun dia lakukan dengan  menjual sawah dan ternak yang digembala bertahun-tahun oleh istrinya.  Dengan begitu dia berhasil mengumpulkan uang sebanyak empat puluh juta  rupiah untuk mengurus administrasi. Dari usaha dan pengorbanannya itu,  Brodin berhasil menjadi TKI legal. Sehingga setiap bulan bisa mengirim  uang kepada keluargnya rata-rata sepuluh juta. Dia mampu membangun rumah  mewah dan mempekerjakan orang untuk mengolah sawah, ladang, dan  menggembalakan ternak-ternaknya.

Bojonegoro, 27 Januari 2014

Oleh: JUNAIDI KHAB

Tulisan ini pernah dimuat oleh Radar Surabaya: Minggu, 26 Februari 2017 dan tayang di: JUNAIDI KHAB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun