Mohon tunggu...
Junaidi Khab
Junaidi Khab Mohon Tunggu... Editor -

Junaidi Khab lulusan Sastra Inggris UIN Sunan Ampel Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kambing Kurban dan Sepotong Hati

6 November 2017   10:06 Diperbarui: 6 November 2017   10:13 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan senyum mengembang, Kurnia pun  merogoh tangan sang takmir dengan jawaban takbir kebahagiaan. Usai salat  id dilaksanakan, hewan kurban pun disembelih. Sebelumnya, mata Kurnia  menyapu halaman masjid. Di sana ada dua ekor sapi besar yang gemuk dan  tiga ekor kambing yang salah satu miliknya. Kurus dibanding dengan dua  ekor kambing lainnya. Ia tetap tersenyum meski hewan kurban darinya tak  seperti empat hewan lain yang gemuk.

"Ayo, warga yang terdaftar ada berapa  jumlahnya biar cepat dibagikan daging-daging ini?" tanya Kurnia dengan  semangat yang membara.

Seorang takmir yang lain menyodorkan buku dengan nama-nama warga yang berhak menerima daging kurban.

"Mas Kurnia, satu sapi ini jangan  dipotong-potong lagi. Ini khusus Mas Aris yang memberikan hewan kurban  dua ekor sapi," kata takmir kenalan Kurnia.

"Eh, kok begitu, Mas?" tanya Kurnia heran.

"Iya, begitu. Ikuti saja. Itu aturan dari Pak Aris."

"Gak boleh, Mas. Daging hewan kurban itu  harus disedekahkan. Orang yang berkurban bukan malah mengambil bagian,"  kata Kurnia yang sedikit paham tentang agama.

"Awalnya saya juga begitu. Tapi Si Dia  tetap ngotot. Bahkan mengancam tak jadi sapinya disedekahkan. Ya,  daripada tak ada kurban dan masyarakat yang berhak tak mendapat apa-apa,  lebih baik kan demikian," kata sang takmir sambil mendongakkan dagunya  ke arah rumah Pak Aris.

Kurnia hanya manggut-manggut mengetahui  keanehan warga kampung sebelah yang ternyata super pelit dan  perhitungan. Padahal, di kampung sebelah, warganya tergolong kaya-kaya.  Berbeda dengan kampung Kurnia sendiri yang kadang hewan kurban dari  hasil urunan tiap kepala rumahtangga. Meski pada kenyataannya banyak  yang tidak jujur dalam memperoleh daging yang akan dibagikan. Sehingga,  masjid di kampungnya ditutup warga karena ada oknum yang ingin  memonopoli. Kurnia hanya tersenyum mendengar keanehan dan kelucuan  bersedakah hewan kurban di luar kampungnya.

Yogyakarta, 01 September 2016

Oleh: Junaidi Khab*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun