Mangala Sutta syair Ketujuh
"Mempunyai rasa hormat, rendah hati,Â
merasa puas dengan apa yang dimiliki, mengingat budi baik orang,
dan mendengarkan Dhamma pada waktu yang sesuai.
Itulah berkah utama."
Rasa Hormat
Menghormati adalah sikap menghargai orang lain dengan bersikap baik santun. Pernahkah kamu melihat si A merendahkan si B hanya karena si B melakukan satu kesalahan. Padahal si A tidak sepenuhnya mengenal si B.
Ya begitulah manusia, bersikap tidak baik dan tidak hormat terhadap orang lain hanya atas satu kesalahan.Â
Padahal dengan menghormati orang lain maka kita juga akan dihormati orang lain, itulah berkah utama.
Rendah Hati
Atau bahkan kamu pernah melihat seseorang dengan sikap sombongnya memamerkan tas bermerk di kantor? Atau ada teman yang pamer membeli smartphone baru? Setelah ditelusuri ternyata tas itu pinjam punya saudara dan smartphone baru itu sore harinya dicuri orang.
Atau ada teman yang sombong karena telah berbagi nasi seribu kotak untuk orang lain. Bahkan obrolah tentang seribu nasi kotak masih berlanjut hingga seminggu kemudian.
Aduh. Untuk apa kita bersikap sombong atas barang-barang yang kita miliki? Kenapa kita tidak bisa bersikap biasa saja ketika memiliki barang bagus? Dan, mengapa kita harus pamer setelah melakukan kebaikan, bukahkah itu tidak baik juga?
Seharusnya kita dapat bersikap rendah hati ketika berbuat baik ataupun memilik barang-barang mewah. Bukankah harta tidak dibawa mati?
Padahal dengan bersikap rendah kita telah membawa berkah bagi diri sendiri dan juga memancing kebahagiaan bagi orang lain.
Merasa Puas dengan Apa yang Dimiliki
Untuk pembahasan satu ini coba kita melihat diri sendiri. Ada suatu hari di mana kita menginginkan sebuah pulpen seharga Rp5.000. Tetapi saat itu kita belum bekerja dan kita menabung uang saku untuk mendapatkan lolipop itu.
Hingga tiba saatnya kita sudah dewasa dan bekerja, kita sudah tidak menginginkan pulpen seharga Rp5.000 karena merasa sudah punya uang dan ingin pulpen yang lebih mahal. Akhirnya kita memutuskan untuk jalan-jalan ke mall demi membeli sepuluh pulpen dengan harga Rp200.000/pulpen. Harganya berkali-kali lipat lebih mahal daripada sebuah pulpen seharga Rp5.000.
Kemudian suatu hari kita naik jabatan dengan gaji yang lebih besar. Saat itu juga kita masih menginginkan sebuah pulpen. Padahal pulpen yang seharga Rp5.000 dan Rp200.000 masih bagus dan tintanya masih banyak. Namun, karena selalu merasa tidak puas dengan apa yang kita miliki, akhirnya kita memutuskan untuk membeli lagi dua puluh pulpen dengan harga Rp1.000.000/puplennya.
Wah, hanya demi memuaskan nafsu keinginan terhadap puplen kita rela mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkannya. Padahal apabila uang yang dimiliki digunakan dengan bijak maka kita dapat membeli barang-barang yang lebih berguna, misal untuk berdana, membeli tanah, emas, ataupun rumah.Â
Dengan mengendalikan nafsu keinginan, maka kita dapat selalu merasa puas dengan apa yang dimiliki sehingga berkah akan selalu datang.
Mengingat Budi Baik Orang
Ada sebuah pepatah "air susu dibalas dengan air tuban", apakah memberi teman air susu lalu dibalas memberi air tuban? Bukan itu maksudnya.
Arti yang mudah dipahami adalah kita menolong teman tapi kita malah ditendang. Atau menolong saudara sendiri tapi malah ditirikan. Ya begitulah hidup, deritanya tiada tara.
Padahal setiap kebaikan yang kita terima adalah buah karma dari perbuatan baik yaang kita lakukan di masa lampau. Lantas kalau kita sudha berbuat baik tetapi dimusuhi tandanya kita menerima buah karma buruk.
Namun, tetap saja, di kehidupan ini setiap perbuatan baik dan pertolongan orang lain harus kita ingat. Mengingat budi baik orang sama artinya dengan kita menanam kebaikan di kehidupan saat ini, maka kita akan menerima buah kebaikan di kehidupan selanjutnya. Itulah berkah utama.
Mendengarkan Dhamma pada Waktu yang Sesuai
Apa? Mendengarkan Dhamma? Oh tidak, lebih baik aku mendengarkan podcast untuk menambah wawasan demi meningkatkan cuan.
Apa? Cuan? Apakah mencapai Nibbana dapat dibayar dengan uang ya? Bukankah Nibbana dapat dicapai dengan mengikis kilesa atau kekotoran batin dalam diri? Kalau mikirnya cuan terus tanpa memikirkan kualitas spiritual diri sendiri bagaimana nih?
Oleh karena itu, kita dapat meningkatkan kualitas spiritual melalui mendengarkan Dhamma pada waktu yang sesuai. Bukahkan setiap saat kita dapat mendengarkan Dhamma?
Ya memang kita dapat mendengarkan Dhamma setiap saat. Namun, apakah elok kita mendengarkan Dhamma sambil bersemedi di kamar mandi? Atau apakah bagus dilihat apabila kita mendengarkan khotbah Bhikkhu di Vihara sambil rebahan dan bermian smartphone?
Oleh sebab itu, tentukanlah waktu yang sesuai supaya kita dapat mendengarkan Dhamma. Siapkan diri dengan baik agar dapat mendengarkan Dhamma di Vihara. Atau ketika kondisi tidak memungkinkan untuk mendengarkan khotbah Dhamma di Vihara, kita dapat mendengarkan Dhamma melalui media sosial. Asalkan sikap diperhatikan, misal dengan duduk yang baik dan jangan sambil melakukan berbagai hal. Hal ini bertujuan supaya kita fokus terhadap Dhamma yang disampaikan dan tidak membuang waktu yang kita gunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H