"Sebenarnya semua guru di sini tidak ada yang tahu menahu dengan Neima, termasuk Miss sendiri. Yang Miss tahu hanya ia siswi yang pendiam. Dia juga tidak punya masalah selama di sekolah. Intinya Neima itu siswi yang tertutup."
Beberapa detik belum sempat aku membalas ucapan Miss Ajeng, tiba-tiba Miss Ajeng membuka laci mejanya dan mengeluarkan satu buku berwarna hijau. Ada nama Neima di sana.
"Miss hampir lupa, ada buku diary Neima. Kan di pelajaran BP Miss selalu menyuruh anak-anak untuk menuliskan apa saja kesulitan dan kendala mereka dalam belajar selama ini. Setiap seminggu sekali selalu Miss baca. Tapi, punya Neima belum sempat Miss baca."
"Coba Miss buka dan baca, siapa tahu ada jawaban kenapa Neima begitu pendiam dan sampai-sampai ia meninggal dengan cara yang tidak baik." Pintaku dengan rasa memohon, aku begitu kehilangan Neima, meski baru sebentar.
**
Hingga satu tahun aku belajar di SMA ini, misteri kematian Neima belum juga terungkap, aku takut. Aku juga tidak bisa menaruh kecurigaan pada sembarang orang. Pada intinya jangan sampai dalam waktu dekat ada kejadian yang sama seperti yang Neima alami.Â
Bunyi bel pulang sekolah
"Akhirnya, pulang juga." Ucapku bahagia sambil menaruh buku ke dalam tasku.
"Hahaha, iya, Kadam. Next week jangan lupa ngerjain tugas bareng ya." Ajak Gala. Sekarang aku duduk di samping Gala semenjak kepergian Neima.
"Hati-hati Ya, Gal. Aku pulang duluan."
"Iya, hati-hati juga, Kadam."