Tanpa berlama-lama, Neima masuk kamar mandi dan ia segera menghidupkan keran. Suara air yang menghantam dirinya menandakan ia sedang membersihkan dirinya. Aku tidak langsung pergi ke kelas, aku bersikeras untuk menunggu Neima, aku harus tahu apa yang sedang terjadi dengannya. Aku sengaja tidak bersuara agar Neima tidak curiga kalau aku masih di kamar mandi. Kini suara keran sudah tidak ada. Tapi Neima tidak kunjung keluar dari kamar mandi. 10 menit sudah aku menunggunya, tapi ia tidak keluar juga. Kini sudah 30 menit, aku memberanikan diri untuk mengetuk pintu itu.
Tok tok tok "Neima, kamu tidak apa? Keluarlah! Apa kamu baik-baik saja?" Tetapi Neima tetap diam, tidak ada satu suara pun di kamar mandi itu, hening. Teman-teman yang lain pun sudah masuk kelas.
*
"Siapkan alat tulis kalian dan ulangan kimia akan segera kita mulai." Suruh Mr. Anton, guru kimia dengan watak yang dingin dan perawakan yang cukup menakutkan. Seluruh siswa dan siswi SMA Arya Margha tidak ada yang berani menolak perintahnya.
Hema mengangkat tangannya, "Mr. Anton, tapi Neima dan Kadam belum masuk kelas."
"Siapa Kadam?" Tanya Mr. Anton.
"Siswi baru, Mr." Jawab Gala.
"Kemana mereka?" Tanya Mr. Anton dengan nada agak marah.
"Tidak tahu, Mr." Jawab Gala.
Aku panik, sudah 45 menit Neima tidak keluar juga dari kamar mandi. Aku juga mencium bau amis, aku tidak ingin berpikiran aneh-aneh. Aku segera berlari ke kelas. Aku mengetuk pintu kelas sambil membungkukkan badan dan satu tanganku memegang dinding. Nafasku tersengal-sengal. Mr. Anton yang semula ingin marah padaku, tiba-tiba amarahnya reda, karena ia melihatku dengan sangat aneh, keringat juga membasahi pipiku. Mr. Anton penasaran dengan apa yang terjadi lalu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiriku, "Kadam, ada apa?" Tanya Mr. Anton sembari membantuku berdiri.
"Neima, Mr. Neima.. Neima." Nafasku masih belum teratur, jantungku makin berdebar kencang, aku berucap sambil menunjuk kamar mandi yang jaraknya 40 meter dari kelasku.