Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa Hari Aksara Menjadi Penting?

31 Agustus 2020   09:43 Diperbarui: 5 September 2020   16:49 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: bvashram.com

Pendapat lainnya datang dari Bunda Puji, seorang pendongeng asal Kota Cimahi. Pendiri "Dongeng Semesta" ini mengatakan bahwa Peringatan Hari Aksara terus dilakukan oleh dunia setiap tahun sebagai wujud memajukan agenda keaksaraan ditingkat global, regional, maupun nasional.

Minat baca bangsa Indonesia masih tergolong rendah, setidaknya ini mengacu kepada hasil penelitian Program For Internasional Student Assesment yang dikeluarkan oleh Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) tahun 2015. Penyebabnya tidak lain karena masih banyak orang yang buta aksara.

"Tanpa huruf, tanpa aksara, maka dunia menjadi gelap gulita. Awalnya peradaban dimulai dari tulisan. Oleh karena itu betapa pentingnya kita mengenal peradaban. Aksara atau skrip merupakan simbol yang dilekatkan pada berbagai media seperti kertas, batu, daun lontar, kulit binatang atau kayu. Adanya aksara masa lalu atau masa kini sangat berpengaruh pada karya literasi," ujar Bunda Puji yang juga merupakan alumni Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung.

Hal senada disampaikan oleh Yudistira Purana Shakyakirty alias Mang Ujang La'if yang dikenal sebagai seorang Pakar Aksara Sunda Buhun asal Kota Cimahi, "Tanpa aksara, siapapun tidak akan jadi apa apa. Sudah sewajarnya apabila kita merasa berhutang budi terhadap aksara. Bahkan kita wajib memperingatinya setiap setahun."

"Dengan aksara, kita tahu masa lampau. Melalui aksara pula kita dapat mendokumentasikan segala sesuatu dan dapat mempelajari ilmu pengetahuan. Dengan aksara kita tahu berbagai aturan, seperti agama dan lain-lain sehingga kita sadar jika kita tidak tahu aksara, kita tidak akan seperti sekarang ini," pungkas pendiri lembaga budaya Sunda "Gentra Pamitran" ini dengan nada serius.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun