Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Corona Berjaya, Seniman pun Merana

16 April 2020   20:58 Diperbarui: 17 April 2020   10:13 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Engin Akyurt dari Pixabay

Siapapun pasti tahu kalau saat ini dunia sedang dilanda pandemi virus corona (covid-19). Lebih dari 200 negara di dunia terdampak wabah ini sehingga menyebabkan korban yang tidak sedikit. Korban terinfeksi corona di dunia mencapai lebih dari 1,7 juta orang dan lebih dari 100 ribu orang di antaranya meninggal dunia.

Setiap negara berusaha mengatasi pandemi corona dengan berbagai cara, salah satunya menerapkan kebijakan lock down. Indonesia sendiri lebih memilih kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau disingkat PSBB. Saat ini korban pandemi corona di Indonesia cukup banyak. 

Berdasarkan data yang diumumkan Juru Bicara Pemerintah Soal Covid-19, Achmad Yurianto, hingga Rabu pagi (15/04/2020) jumlah penderita 4.839 orang, sembuh 426 orang, dan meninggal dunia 459 orang. 

Dampak Corona, Seniman Jadi Merana

Sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan belajar, bekerja, dan beribadah dari rumah yang disampaikan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor pada Senin (16/3/2020), masyarakat lebih banyak diam di rumah. 

Jalan-jalan sepi. Aktivitas sosial seolah berhenti. Kota-kota pun seperti mati tak berpenghuni. Semua ini dilakukan pemerintah untuk mencegah penyebaran covid-19.

"Kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan ibadah di rumah perlu terus digenjarkan untuk mengurangi pengurangan penyebaran covid-19," Ujar Joko Widodo, seperti dikutip dari kompas.com (16/3/2020).

Diam di rumah menyebabkan berbagai aktivitas lumpuh. Banyak masyarakat mengeluh karena sumber pendapatannya jadi berkurang. Bahkan hilang sama sekali. Meskipun ada bantuan dari pemerintah, tetapi tidak semuanya dapat. 

Kalau pun dapat, itu pun belum tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pemasukan dan pengeluaran tidak seimbang. Lebih banyak pengeluaran daripada pemasukan.

Salah satu profesi yang merasakan pedihnya akibat pandemi corona adalah para seniman. Mereka yang selama ini rata-rata bekerja di sektor informal, jadi kehilangan penghasilannya. Misalnya saja seniman tari, pemain musik, dalang, dan penyanyi yang biasa manggung, tiba-tiba kehilangan pekerjaannya. 

Dampak adanya kebijakan Work from Home (WFH) atau bekerja dari rumah menyebabkan kantor-kantor pemerintah dan swasta tutup. Anggaran yang biasanya digunakan untuk kegiatan seremoni danbiasanya melibatkan seniman untuk mengisi acara hiburan jadi ditunda atau dibatalkan karena dananya dialihkan untuk kepentingan pencegahan pandemi corona.

Adanya penundaan atau pembatalan kegiatan seni yang melibatkan para seniman tentu berdampak ekonomis. Para seniman yang tadinya ada penghasilan akhirnya jadi kehilangan pekerjaan. 

Hal ini tentu membuat kantong seniman menjadi kering kerontang alias tak ada duitnya. Salah satu contohnya seperti apa yang disampaikan oleh Kusdono Rastika, pelukis kaca asal Kota Cirebon, Jawa Barat.

"Dampaknya sangat prihatin bagi saya pribadi. Selama ini saya menafkahkan anak istri mengandalkan jual lukisan kaca. Apalagi sekarang Jakarta yang banyak kasus coronanya, jadi saya enggak bisa untuk menawarkan lukisan ke sana. Setiap hari harus makan, sementara pengeluaran selalu ada sedangkan pemasukan enggak ada. Jadi sangat prihati dampaknya," ujar Kusdono dengan nada sedih.

Pelukis kaca yang tidak bisa berjalan karena kakinya lumpuh tersebut hanya bisa pasrah dan berdoa agar supaya dampak covid-19 cepat hilang. Dia berharap Indonesia dan dunia segera terbebas dari wabah corona ini sehingga bisa terus berkarya dan mampu memberi nafkah buat keluarganya dari hasil menjual lukisannya.

Menurut Ketua Komunitas Seni Lukis Subang, Sugandhy, pandemi corona telah membuat seniman tidak berdaya. Semangat untuk berkarya jadi menurun karena konsentrasi pikiran lebih terfokus untuk mencari uang buat memenuhi kehidupan keluarga dari sumber yang lain.

"Kalau seniman yang kebetulan sudah mampu dan mempunyai fasilitas untuk berkarya, kondisi sekarang ini lebih baik dimanfaatkan saja buat berkarya. Tapi kenyataannya kebanyaan seniman penghasilannya pas-pasan. Pandemi corona ini menjadi beban berat yang luar biasa bagi teman-teman seniman. Hati mereka enggak bisa tenang untuk berkarya dengan baik karena ekonominya jadi semakin terpuruk," ujar Sugandhy yang dihubungi penulis via WhatsApp.

Sugandhy berharap semoga aparatur negara bisa bersatu dan bersinergi dengan rakyat dalam melawan musibah ini. Pemerintah diminta secepatnya melakukan upaya konkret berupa bantuan pangan kepada orang-orang yang sangat membutuhkan, termasuk kepada para seniman

Pendapat lainnya datang dari seniman senior Bandung, Zufli Akmansyah atau yang biasa akrab disapa Bang Zoel. Dia mengatakan bahwa adanya kebijakan pemerintah terkait pandemi covid-19, kebanyakan seniman mengikuti aturan tersebut.

"Alhamdulillah teu barandel (bahasa Sunda yang artinya "tidak bandel"). Buktinya, tak ada seniman yang lalu lalang atau nongkrong tempat mereka biasa melakukan aktivitas seni dan budaya, seperti di Jalan Braga, Gedung YPK, dan galeri seni lainnya. 

Artinya di rumah saja. Kegiatan berkesenian jelas off dulu, apa lagi yang ada kaitannya dengan program pemerintah," ujar pelukis yang semua rambutnya sudah meninggalkan dunia hitam ini dengan serius. 

Secara pribadi Bang Zoel tetap eksis terus berkarya selama masih ada stock media seperti cat, kanvas, dan sebagainya. Namun, ketika stock habis terpaksa aktivitas berkaryanya sedikit terhambat. Begitu pula ketika mau belanja seperangkat alat melukis, ternyata tidak semua toko buka. Menjual karya juga agak terhambat karena adanya pandemi covid-19.

Soni, salah seorang pekerja seni di Kota Cimahi yang sering memproduksi karya seni berupa patung, aneka suvenir, maket, dan piala ini mengatakan bahwa dirinya juga mengalami kesulitan ketika terkena dampak pandemi corona. Pria yang lebih suka menyebut dirinya sebagai pekerja industri kreatif ini mengalami banyak kerugian materi.

"Terakhir, ada beberapa pekerjaan yang sudah beres dan biaya yang sudah saya keluarkan cukup besar, setidaknya menurut ukuran saya. Setelah corona ini datang, saya betul-betul merasa terpukul karena tagihan saya jadi macet. Tapi saya berpikir kembali, walaupun saya terpukul, kalau harus berlarut-larut dalam kesedihan tentu tidak bijak. Saya harus berpikir untuk mencari solusinya daripada terjebak terus dengan kekecewaan," tutur Soni berusaha tegar atas apa yang dialaminya.

Para seniman yang bekerja dibidang teater dan film juga ikut merasakan dampak pandemi corona. Dede Syarif, Ketua Lembaga Kesenian Kota Cimahi (Lekci) mengatakan bahwa terjadinya pandemi corona dan adanya kebijakan PSBB yang membatasi semua aspek hubungan sosial antar masyarakat telah membuat aktivitas berkesenian itu lumpuh.

"Seni budaya termasuk di dalamnya seni teater dan film yang melibatkan banyak orang kreatif di dalamnya jelas sangat terdampak sekali. Banyak event seni pertunjukan seperti teater di cancel. Pelatihan-pelatihan acting di cancel. Demikian juga rencana shooting film di cancel. Sementara ini banyak seniman teater dan film yang mengandalkan kehidupannya dari sektor itu. Seni pertunjukan adalah mata pencarian kami. Oleh sebab itu wajar saja kalau kini menjerit," ujar Dede yang juga sebagai Pimpinan Visi Sinema Pro dengan nada sedih.

Senada dengan Dede Syarif, pendapat lainnya datang dari Rina Sarinah yang bekerja di salah satu Production House (PH) di Jakarta. Menurut Rina, dia dan rekan-rekannya sesama pekerja PH sudah dua minggu tidak keluar rumah. 

"Industri hiburan sedang sepi job. Kondisi ini pasti akan semakin sulit kalau enggak cepat diatasi wabah virusnya. Banyak temen-temen yang menghubungi saya. Mereka mengeluh dan kesulitan ekonomi kalau enggak ada PH yang berproduksi. Bisa mati kelaparan, bukan mati karena kena virus," ujarnya Rina sambil sedikit bercanda. 

Rina menambahkan, para pemain dan pekerja film hanya dapat uang kalau ada kontrak produksi. Kalau mereka sekarang tidak bekerja dan hanya diam di rumah saja, lantas penghasilannya dari mana? 

Banyak crew yang selama ini bekerja part time. Mereka dapat honor hanya kalau sedang ada shooting, padahal shooting juga tidak setiap hari. Kini mereka jadi pengangguran. 

"Di rumah juga harus makan. Belum lagi kebutuhan anak sekolah, kebutuhan cicilan seperti kendaraan dan sewa kontrakan bagi yang ngontrak. Juga bayar cicilan rumah bagi yang sedang kredit rumah dan lain-lain. Pokoknya rasanya berat banget menanggung beban hidup saat ini. 

Satu sisi kami juga mau di rumah saja, tapi di sisi lain perut enggak bisa diam. Telat makan saja sudah keroncongan, apa lagi kalau seharian sampai nahan lapar, pasti bagi yang tidak kuat imannya bisa berbuat nekat," jelas Rina panjang lebar.

Informasi di atas bisa menggambarkan situasi dan kondisi yang di alami para seniman Indoenesia. 

Seniman Harus Berdaya

Hidup harus terus berjalan. Kondusi dan situasi yang kurang menguntungkan harus dicari solusinya. Hanya meratapi nasib dan pasrah menerima keadaan tentu bukan solusi yang baik. 

Seniman harus tetap bergerak, harus eksis, dan harus tetap berkarya. Perlu sebuah pemikiran dan terobosan yang keluar dari jalur berpikir biasa alias harus berani berpikir out of the box. 

Salah satu cara yang bisa dilakukan seniman ketika berdiam diri di rumah adalah memanfaatkan fasilitas internet. Jangan biarkan kuota habis hanya untuk aktivitas yang kurang manfaat, misalnya hiburan dengan bermain games atau sekadar menonton film. 

Hiburan boleh saja, tapi harus bisa dibatasi waktunya dan jam-jam tertentu saja. Lebih baik kuota internet dimanfaatkan buat berkreasi sambil mencari peluang rezeki.

Seniman yang biasa mencari uang dengan tampil dipanggung seperti pemusik, penyanyi, pemain teater, dan penari, bisa menjual kemampuan dan keterampilannya dengan melakukan pertunjukan live berbayar secara online. 

Hal ini tentu saja tidak mudah kalau belum pernah dicoba. Namun, peluang ini patut dicoba. Caranya bagaimana? Bisa saja dimulai dengan membuat promosi pertunjukan melalui media sosial (medsos). Kalau tidak bisa bekerja sendiri, bisa bekerja secara tim. 

Siapa saja orang yang tertarik menonton pertunjukan, bisa membayar melalui transfer ke rekening bank milik seniman atau dengan cara transfer pulsa. 

Kemudian calon penonton yang sudah membayar dimasukkan ke dalam sebuah grup medsos yang dibuat secara khusus, misalnya melalui aplikasi Line atau Instagram. Ketika jam pertunjukan sudah dimulai, mereka bisa langsung menonton melalui grup tersebut secara bersama-sama.

Selain melakukan pertunjukan secara live tersebut, para seniman bisa juga membuka kursus online. Banyak medsos yang bisa digunakan, misalnya Facebook, WhatsApp (WA) Grup, Instagram, dan lain-lain. 

Misalnya peserta kursus dikenakan tarif belajar sebesar Rp 50.000 untuk sekali belajar dengan durasi sekitar 1 jam. Kalau jumlah peserta ada 10 orang, berarti total jumlah pemasukan adalah Rp 500.000. Lumayan bukan? Tentu ini bisa menjadi peluang dalam meraih rezeki dikala wabah corona sedang merajalela.

Para perupa yang selama ini selalu berpameran lukisan secara offline juga bisa menggelar pameran lukisan secara online. Justru berpameran lukisan secara online biayanya jauh lebih murah. 

Mereka tidak perlu harus membayar biaya tempat pameran yang cukup mahal. Belum lagi harus menyiapkan ongkos untuk membawa lukisan ke tempat pameran. Juga membayar petugas atau panitia pameran dan mengurus berbagai perizinan. 

Bukan saja berpameran secara online, seniman juga bisa melelang lukisan mereka secara live melalui medsos. Apakah hal ini bisa dilakukan? Ya, tentu saja bisa. Contohnya apa yang dilakukan oleh Lukman Zen, seorang seniman sekaligus pemilik usaha ZenProductions yang bergerak di bidang pertunjukan seni. 

Sejak awal April 2020, Zen mengadakan pameran lukisan karya perupa Indonesia dengan memajang karya para seniman melalui situs www.gbsri.com. Dia juga mengadakan lelang lukisan dengan memanfaatkan aplikasi medsos, WhatsApp Grup.

Lain lagi dengan Soni, pekerja industri kreatif di Kota Cimahi ini lebih memilih banting stir jadi tenaga marketing usaha konveksi milik teman-temannya yang macet. 

Dia ikut membantu menjual dengan harga yang lebih murah ke koleganya. Berkat usaha gigihnya, produknya pun laku dipasar dan dia mendapatkan keuntungan yang bisa digunakannya buat bertahan hidup.

Sutradara asal Kota Cimahi, Dede Syarif memberikan solusi bagi teman-temannya sesama seniman, khususnya para pemain teater agar bisa menyiasati kondisi ini dengan tetap berkarya dalam ruang keterbatasan.

"Dengan adanya penerapan PSBB ini, bukan berarti senian kehilangan kreativitasnya. Para dramawan dan para sineas film bisa saja kreatif di rumah dengan membuat pertunjukan mandiri, seperti membuat monolog (drama yang dimainkan oleh satu orang) kemudian di rekam secara audio visual dan di upload ke YouTube, IG atau FB, maka jadilah sebuah karya seni pertunjukan teater. Demikian pula dengan film, para sineas bisa kreatif untuk membuat scenario atau membuat film-film pendek yang melibatkan satu atau dua orang saja," pungkas Dede dengan penuh optimisme.

Ini hanya sebagian contoh kecil tentang kreativitas yang bisa dilakukan seniman dikala harus bekerja dari rumah atau Work from Home (WFH). Tentu masih ada cara lain yang bisa dilakukan untuk memberdayakan keahlian para seniman. 

Gerakan Peduli Membantu Seniman Indonesia 

Tidak semua seniman memiliki kemampuan bertahan seperti rekannya yang sukses. bagi seniman yang penghasilannya pas-pasan, wabah pandemi corona membuat mereka mati kutu. 

Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menanti keajaiban atau menunggu kepedulian dari sesama seniman yang hidupnya sudah mapan dan diberi kelebihan rezeki atau bantuan dari tokoh masyarakat yang peduli dengan eksistensi mereka.

Dalam situasi seperti ini, peran pemerintah pusat dan daerah sangat diperlukan untuk memberikan bantuannya agar para seniman bisa tertolong. Setidaknya mereka tidak kelaparan dan masih bisa bertahan hidup. 

 Dalam kondisi sekarang bantuan yang pas tentunya berupa bahan pangan dan uang. Walaupun tidak besar, setidaknya bantuan tersebut dapat mengurangi penderitaan mereka.

Rina, seorang pekerja di industri hiburan Production House (PH) di Jakarta memberikan pandangannya agar pemerintah yang punya kewenangan untuk membuat kebijakan, segera mengambil tindakan konkret karena ekonomi rakyat sudah darurat.

"Prioritaskan kerja pemerintah untuk tanggap darurat dalam mengatasi masalah perut rakyat yang kena dampak virus corona dengan cara memberi santunan secara adil dan tepat sasaran, termasuk kepada pengusaha kecil dan menengah yang semuanya terkena dampaknya. Termasuk teknis santunan pemerintah harus ditransfer ke rekening penerimanya untuk menghindari di korupsi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Semoga pandemi corona segera berlalu dan para seniman tetap eksis menghasilkan karya terbaiknya," pungkas Rina dengan nada sedikit emosional.

Sementara itu langkah yang diambil oleh Ketua Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC), Hermana HMT patut diacungi jempol. Bersama para pengurus DKKC periode 2020-2013, mereka mengadakan aksi sosial dengan menggalang donasi buat para seniman dan budayawan yang tidak berdaya akibat terdampak covid-19. 

Semoga langkah yang dilakukan ini menjadi salah contoh kepedulian yang nyata demi mengangkat budaya luhur bangsa Indonesia yaitu budaya gotong royong.

Semoga pandemi corona segera berlalu dan seluruh seniman Indonesia kembali bangkit dari keterpurukan ekonomi, serta kembali berkarya mengharumkan nama Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun