Setelah disuguhi kopi Lampung yang nikmat dan mencicipinya, saya pun mulai mewawacarai Pak Nafsir. Selain itu, kedua teman muda saya yaitu Ojie dan Yudi pun ikut membantu menggali informasi dari beliau. Obrolan berlangsung hangat penuh kekeluargaan.
Sumber lain mengatakan bahwa kedua orang ini berasal dari keturunan Nyunyai bergelar adat Minak Trio Deso (hidup antara tahun 1670-1775 dan dimakamkan di Canguk Ghaccak, Desa Skipi, Kecamatan Abung Tinggi) yang memiliki dua istri, yaitu Minak Rajo Lemawung berasal dari daerah Melinting, Kabupaten Lampung Timur dan Minak Munggah Dabung (Rendang Sedayu) berasal dari daerah Skipi, Kecamatan Abung Tinggi, Kabupaten Lampung Utara.
Istri pertama Minak Trio Deso yaitu Minak Rajo Lemawung memiliki anak bernama Minak Penatih Tuho, sedangkan dari istri kedua yaitu Minak Munggah Dabung memiliki dua orang anak bernama Minak Krio Demung Latco dan Minak Kebahyang.
Selanjutnya dari Minak Penatih Tuho menghasilkan keturunan dua orang anak yaitu Minak Semelasem dan Minak Gutti Selango (sumber: Akuan Abung, dikutip dari kumpastuntas.co).
Pak Nafsir menuturkan bahwa suatu hari Minak Semelasem bermaksud pergi dari Kotabumi untuk sebuah urusan dalam kurun waktu tertentu.
Saat itu beliau sudah memiliki tujuh orang istri, tapi tidak punya anak, sedangkan adiknya, Minak Gutti Selango masih bujangan. Minak Semelasem berpesan pada adiknya, jika waktu yang sudah ditentukan dirinya belum pulang, anggap saja sudah meninggal. Beliau meminta agar adiknya bersedia menikahi semua istri-istrinya.
Setelah waktu yang ditentukan terlewati, ternyata Minak Semelasem belum juga pulang. Hal ini membuat Minak Gutti Selango gelisah. Lalu beliau teringat pesan kakaknya agar bersedia menikahi semua istri-istri kakaknya tersebut. Akhirnya karena patuh, Minak Gutti Selango pun menikah.
Suatu hari, terjadi hal yang tidak terduga. Tiba-tiba Minak Semelasem kembali ke Kotabumi dari perantauannya dengan membawa sorang istri baru yang berasal dari Desa Karta, Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat sebuah desa tua, dulu sebelum pemekaran daerah ini termasuk ke dalam Kabupaten Lampung Utara.
Tentu saja hal ini membuat Minak Gutti Selango terkejut. Beliau takut kakaknya marah karena sudah mempersunting semua istri-istri kakaknya. Namun, untungnya Minak Semelasem sadar kalau adiknya tidak salah. Beliau paham atas apa yang sudah dilakukan oleh adiknya itu.
Hasil perkawinan Minak Semelasem dengan istri barunya menurunkan anak bernama Minak Peduka (dimakamkan di Tujak, Kabupaten Tulang Bawang Barat) yang melahirkan keturunan orang Kotabumi Ilir, sedangkan Minak Gutti Selango melahirkan keturunan orang Kotabumi Tengah dan Kotabumi Udik.