Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eni Wartuti, Mantan Buruh Migran yang Sukses Menjadi Seorang Entrepreneur

28 Januari 2016   10:41 Diperbarui: 28 Januari 2016   11:03 1775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama bekerja di Taiwan ini, pekerjaan Eni adalah merawat orang tua yang sudah berusia lanjut. Nenek berusia 90 tahun yang dirawatnya itu dalam keadaan lumpuh total dan pikun. Semua aktivitas nenek itu hanya bisa dilakukan di tempat tidur. Dia  hanya bisa bicara dan makan.

Merawat orang tua jompo bukanlah pekerjaan mudah, karena itu diperlukan kesabaran yang luar biasa. Bisa kita bayangkan bagaimana Eni harus merawat orang yang sudah sulit bergerak selama 24 jam. Bahkan kalau berbicara saja sudah tidak jelas.

Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari wanita yang ramah ini, yaitu bagaimana caranya melatih kesabaran.  Pernah suatu hari ketika sedang memandikan nenek tersebut, muka Eni diludahinya. Namun Eni tetap sabar, tidak marah dan bisa memakluminya dan menganggapnya sebagai risiko dari sebuah pekerjaan.

Selesai kontrak kerja 2 tahun di Taiwan, pada 2002 Eni kembali ke Indonesia. Sama seperti sebelumnya, Eni tidak betah berlama-lama di negeri sendiri. Hanya 2 bulan dia menikmati rasa rindunya terhadap kampung halaman, lalu hatinya tergerak kembali untuk segera berangkat lagi ke luar negeri.

HONGKONG MENGUBAH KEHIDUPANNYA

Masih pada tahun yang sama, pemegang sabuk hitam olah raga bela diri Taekwondo ini   mendaftarkan diri  ke PPJTKI lagi untuk proses tujuan bekerja sebagai BMI ke negara Korea Selatan. Sayangnya pekerjaannya yang diharapkannya tak kunjung datang, padahal dia sudah menanti selama kurang lebih 9 bulan. Oleh sebab itu Eni memutuskan untuk mengalihkan tujuan bekerja ke Hongkong.

[caption caption="Foto bersama saat mengikuti Training ESQ 165 Ari Ginanjar di Hongkong (sumber foto: Eny Succes Haan)"]

[/caption]

[caption caption="Foto bersama Tim Bisnis yang diikutinya dari sebuah perusahaan MLM di Hongkong (sumber foto: Eny Success Haan)"]

[/caption]

[caption caption="Eny Success Haan saat mengikuti pelatihan NLP (Neuro Linguistic Programing) EQ,IQ,SQ.ESQ WAY 165 dki Hongkong (sumber foto: Eny Success Haan)"]

[/caption]

Pada 2003 Eni mengijakkan kakinya ke Hongkong. Banyak hal positif yang menjadikan Eni semakin matang dan semakin luas wawasannya selama tinggal di negeri beton ini. Budaya masyarakat Hongkong yang dikenal dengan kedisiplinannya dalam berlalulintas, kejujuran, disiplin, profesional, bekerja cepat, tuntas, tertib, tidak gengsi dan sangat menghargai waktu, menjadi pelajaran berharga baginya.

[caption caption="Eny dipercaya menjadi pembawa acara dalam sebuah acara di Hongkong (sumber foto: Eny Success Haan)"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun