Mohon tunggu...
Jumari Hammasa
Jumari Hammasa Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 1 Sebatik Barat

Seorang Ibu dari seorang puteri, hobbi memasak dan mencoba memaksimalkan potensi lewat menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antarmateri Modul 3.3 pada Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 10

16 Oktober 2024   11:19 Diperbarui: 16 Oktober 2024   11:41 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NAMA: JUMARI, S.S
 CGP ANGKATAN 10
 SMP NEGERI 1 SEBATIK BARAT
PENGAJAR PRAKTEK: AMIRULLAH
FASILITATOR: HETINIAH

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam Guru Penggerak

Tujuan Pembelajaran Khusus  pada Koneksi antar Materi Modul 3.3. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif Pada Murid adalah  :  CGP dapat melakukan koneksi antarmateri yang telah dipelajari dari modul-modul sebelumnya untuk membuat sintesa pemahaman tentang program sekolah yang berdampak pada murid.


Berikut ini adalah jawaban saya atas  pertanyaan-pertanyaan memandu saat melakukan Refleksi :


A.Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar


Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja saya peroleh dalam  mempelajari modul 3.3 tentang pengelolaan program yang berdampak positif pada murid adalah memperoleh ilmu baru lewat pembelajaran dengan menggunakan alur Merdeka. 

Modul ini menekankan bahwa guru harus menciptakan program yang melibatkan murid dalam setiap aspek, baik intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. 

Ketika murid diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran, hubungan antara guru dan murid bertransformasi menjadi kemitraan, di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan atas pembelajaran mereka. 

Dengan demikian, diharapkan murid dapat mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, menyuarakan pendapat (voice), menentukan pilihan (choice) dan melakukan kegiatan yang telah dipilih sebagai perwujudan dari rasa kepemilikan (ownership). 

Selain itu, saya juga mepelajari dan mengidentifikasi aset aset komunitas, dalam hal ini sekolah yang dapat dioptimalkan dalam mengembangkan kepemimpinan murid. 

Belajar menganalisis tujuh lingkungan belajar yang dapat digunakan dalam menyusun program kegiatan yang berdampak positif bagi murid serta dimensi Profil Pelajar Pancasila. Modul ini menekankan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid (student agency), dengan melibatkan murid dalam setiap program, baik intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. 

Ketika murid diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran, hubungan antara guru dan murid bertransformasi menjadi kemitraan, di mana murid memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) atas pembelajaran mereka. Dengan demikian, diharapkan murid dapat mengarahkan pembelajaran mereka sendiri dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar, pengalaman belajar pada modul 3.3 memberikan perasaan senang dan positif. Rasa senang muncul dari pengetahuan baru yang diperoleh, menyusun sebuah program untuk terus meningkatkan kualitas pengajaran. 

Tantangan untuk merancang program yang melibatkan murid  dengan mempertimbangkan pendapat (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership).dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekolah.  

Hal hal yang  sudah baik berkaitan dengan keterlibatan saya dalam proses belajar.  Pada Rukol kelompok kami menyusun program kokurikuler  yang melibatkan suara (voice), pilihan ( choice) dan kepemilikan (ownwership), program ini kami namakan Friday English Zone ( FrEnZ). 

Sebuah  program ko-kurikuler yang memiliki tujuan untuk mengembangkan sikap dan rasa percaya diri murid dalam berinteraksi dengan menggunakan bahasa inggris di area tertentu di sekolah pada hari jum'at. 

Saya sangat tertarik dengan program ini, sehingga pada Demonstrasi Konstektual saya tetap memilih dan  mematangkan proyek Friday English Zone  ( FrEnZ) dengan menyusunnya lewat alur BAGJA,  Saya merencanakan proyek ini menjadi salah satu proyek yang bisa diterapkan dan menjadi bagian dari struktur  pembelajaran di SMP Negeri  1 Sebatik Barat. 

Hal  yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan saya dalam proses belajar adalah : Saya harus  lebih baik dalam memanegen waktu untuk Menyusun dan melaksanakan program-program yang dirancang, agar semua kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan harapan. 

Saya perluh mencari cara yang lebih efektif untuk melibatkan semua murid, terutama mereka yang cenderung pasif dalam pembelajaran. Selanjutnya adalah melakukan  refleksi setelah setiap kegiatan untuk mengevaluasi apa yang berhasil dan apa yang perlu ditingkatkan.Keterkaitan terhadap Kompetensi dan Kematangan Diri Pribadi 

Pengalaman belajar pada modul 3.3 ini  sangat berkaitan dengan kompetensi dan kematangan diri saya sebagai pendidik. Dengan memahami pentingnya pelibatan murid,  dengan mempertimbangkan suara ( Voice), pilihan ( Choice) dan kepemilikan ( ownership) murid saya merasa lebih termotivasi untuk mengambil peran sebagai pemimpin dalam proses pembelajaran. 

Saya menyadari bahwa untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, saya perlu terus mengembangkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi, serta meningkatkan kemampuan saya dalam merancang program yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

 Selain itu, pengalaman ini juga mendorong saya untuk menjadi lebih reflektif dan terbuka terhadap umpan balik, yang merupakan bagian penting dari pertumbuhan profesional saya.

B.Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP.

Setelah mempelajari modul tentang Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid, terdapat beberapa pertanyaan kritis yang dapat digali lebih dalam untuk menemukan intisari pembelajaran dan memperoleh wawasan baru, antara lain:


Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan murid (student agency)? 
Kepemimpinan murid merupakan upaya untuk menjadikan murid sebagai bagian aktif dari ekosistem sekolah. Murid terlibat secara sadar dan terencana dalam proses pembelajaran agar mereka dapat tumbuh sesuai dengan potensinya. Ketika murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran, hubungan antara murid dan guru bertransformasi menjadi kemitraan.


Bagaimana cara menumbuhkembangkan kepemimpinan murid? 
Kepemimpinan murid dapat ditumbuhkembangkan dengan menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses berpikir, menetapkan niat, melaksanakan niat, dan merefleksikan tindakan mereka. 


Lingkungan belajar seperti apakah yang dapat mendukung kepemimpinan murid?
Lingkungan belajar yang mendukung kepemimpinan murid adalah yang menyediakan kesempatan bagi murid untuk mengembangkan pola pikir positif, keterampilan berinteraksi sosial, keterampilan yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan, menerima dan memahami kekuatan diri, serta menentukan dan menindaklanjuti tujuan.

 Lingkungan ini juga menempatkan murid sebagai pihak yang terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri dan menumbuhkan daya lenting serta sikap tangguh pada murid. 


Bagaimana keterlibatan komunitas dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid?

Komunitas dapat terlibat dalam membentuk kepemimpinan murid dengan mengoptimalkan fungsi Trisentra Pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) sebagai bentuk kolaborasi yang berlandaskan pada asas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling

Tantangan dalam penerapan kepemimpinan murid di sekolah :

  • Ada beberapa  guru yang belum sepenuhnya memahami cara yang efektif untuk mempromosikan suara, pilihan, dan kepemilikan murid dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat menghambat upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung kepemimpinan murid.
  • Banyak murid yang merasa kurang percaya diri untuk mengemukakan pendapat mereka. Ketidakpercayaan ini dapat disebabkan oleh budaya yang mengutamakan hasil daripada proses, sehingga murid merasa takut untuk berbuat kesalahan atau mengemukakan ide-ide mereka.
  • Budaya sekolah yang tidak mendukung partisipasi aktif murid merupakan salah satu tantangan utama dalam pengembangan kepemimpinan murid. Ketika lingkungan sekolah tidak kondusif, murid akan merasa tidak aman dan tidak nyaman untuk mengekspresikan diri, yang mengakibatkan terhambatnya inisiatif untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

  • Komunitas dapat terlibat dalam membentuk kepemimpinan murid dengan mengoptimalkan fungsi Trisentra Pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) sebagai bentuk kolaborasi yang berlandaskan pada asas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling percaya dan menghormati. Kolaborasi ini bertujuan untuk menumbuhkan karakter dan budaya prestasi pada murid.

  • Tantangan dalam penerapan kepemimpinan murid di sekolah :
  • Ada beberapa  guru yang belum sepenuhnya memahami cara yang efektif untuk mempromosikan suara, pilihan, dan kepemilikan murid dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat menghambat upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung kepemimpinan murid.

  • Banyak murid yang merasa kurang percaya diri untuk mengemukakan pendapat mereka. Ketidakpercayaan ini dapat disebabkan oleh budaya yang mengutamakan hasil daripada proses, sehingga murid merasa takut untuk berbuat kesalahan atau mengemukakan ide-ide mereka.

  • Budaya sekolah yang tidak mendukung partisipasi aktif murid merupakan salah satu tantangan utama dalam pengembangan kepemimpinan murid. Ketika lingkungan sekolah tidak kondusif, murid akan merasa tidak aman dan tidak nyaman untuk mengekspresikan diri, yang mengakibatkan terhambatnya inisiatif untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Solusi untuk  Mengatasi tantangan tersebut:

  • Meningkatkan kompetensi guru melalui pelatihan yang berfokus pada pengembangan kepemimpinan murid. Baik mandiri maupun berbagi praktek baik di Komunitas belajar.

  • Membangun kepercayaan diri murid dengan mengadakan kegiatan yang mendorong murid untuk berbagi pendapat dan ide mereka. Seperti , sesi diskusi kelompok kecil atau proyek kolaboratif yang memberikan kesempatan bagi murid untuk berlatih berbicara di depan umum dalam suasana yang mendukung.

  • Menciptakan budaya sekolah yang positif dengan  mengembangkan budaya sekolah yang menghargai partisipasi murid dan memberikan ruang bagi mereka untuk berkontribusi. Ini bisa dilakukan melalui pengembangan kebijakan yang mendukung suara murid dalam pengambilan keputusan di sekolah.

  • Meningkatkan kompetensi guru melalui pelatihan yang berfokus pada pengembangan kepemimpinan murid. Baik mandiri maupun berbagi praktek baik di Komunitas belajar.

  • Membangun kepercayaan diri murid dengan mengadakan kegiatan yang mendorong murid untuk berbagi pendapat dan ide mereka. Seperti , sesi diskusi kelompok kecil atau proyek kolaboratif yang memberikan kesempatan bagi murid untuk berlatih berbicara di depan umum dalam suasana yang mendukung.

  • Menciptakan budaya sekolah yang positif dengan  mengembangkan budaya sekolah yang menghargai partisipasi murid dan memberikan ruang bagi mereka untuk berkontribusi. Ini bisa dilakukan melalui pengembangan kebijakan yang mendukung suara murid dalam pengambilan keputusan di sekolahh

C. Membuat Keterhubungan 

Keterkaitan modul 3.3 dengan modul sebelumnya diantaranya adalah sebagai berikut

1.  Koneksi Modul 3.3 dengan Modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara

Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menekankan pada konsep "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani" memberikan landasan yang kuat untuk memahami pentingnya melibatkan murid dalam proses pembelajaran. 

Pengalaman saya sebelumnya dalam menerapkan konsep modul 1.1  memberikan dasar untuk memahami bagaimana kepemimpinan murid (student agency) dapat diintegrasikan dalam pengelolaan program di sekolah. 

Ke depannya, saya berusaha  untuk menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan murid yang dipelajari dari Modul 3.3 dengan berlandaskan pada filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, dengan menyusun program-program yang lebih berdampak positif dan sesuai dengan kebutuhan murid.

2. Koneksi Modul 3.3 dengan Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Seorang guru penggerak harus mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dan Merdeka belajar. Pemahaman ini memberikan wawasan tentang pentingnya peran guru sebagai penggerak dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif,  guru tidak hanya berfungsi sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai fasilitator yang mendorong murid untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.  

Pemahaman akan Nilai dan peran sebgai guru penggarak menjadi acuan dalam menerapkan student agency atau kepemimpinan murid yang dipelajari dari Modul 3.3 dengan menciptakan program-program yang memberdayakan mereka untuk mendengarkan suara, pilihan dan kepemilikan murid.

Koneksi Modul 3.3 dengan Modul 1.3  Visi Guru Penggerak

Visi seorang guru dapat mempengaruhi keberhasilan sebuah program. sehingga dalam menyusun program  yang berdampak positif pada murid membutuhkan  visi yang jelas dan kuat.Ke depan, saya akan  menerapkan visi guru penggerak yang berfokus pada pemberdayaan murid dan  memastikan bahwa program yang saya kelola berdampak positif pada murid, dengan melibatkan mereka secara aktif dalam proses pembelajaran.

Koneksi Modul 3.3 dengan Modul 1.4. Budaya Positif

Budaya positif menciptakan lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan mendukung di mana murid merasa dihargai, didengarkan, dan dilibatkan.

 Lingkungan seperti ini menjadi dasar yang kuat bagi keberhasilan program yang bertujuan meningkatkan keterlibatan murid.  Jika murid merasa nyaman dan termotivasi dalam lingkungan yang positif, mereka lebih terbuka untuk berpartisipasi aktif dalam program-program yang ditawarkan.

 Penerapan  budaya positif di sekolah memungkinkan murid untuk memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan rasa kepemilikan (ownership) atas pembelajaran mereka.

Koneksi Modul 3.3 dengan Modul 2.1. Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Murid

Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Murid berfokus pada pendekatan yang berpusat pada murid (student-centered learning), di mana proses pembelajaran dirancang untuk memenuhi kebutuhan, minat, dan gaya belajar masing-masing murid. 

Program yang berdampak positif pada anak juga dirancang dengan prinsip yang sama di mana tujuan program adalah untuk memberikan manfaat langsung bagi perkembangan murid. Penerapannya pembelajaran dan program yang berpihak pada murid  akan menciptakan kondisi yang isyaratkan oleh KHD dan Profil Pelajar Pancasila.

Koneksi Modul 3.3 dengan Modul 2.2.  Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pembelajaran Sosial dan Emosional (SEL) berperan penting dalam mempersiapkan murid untuk berpartisipasi secara aktif dan efektif dalam program-program yang berdampak positif pada anak. 

Dengan keterampilan sosial dan emosional yang baik, murid lebih mampu berkolaborasi, mengambil keputusan yang bertanggung jawab, mengelola emosi mereka, dan membangun hubungan yang positif---semua hal ini adalah elemen kunci untuk keberhasilan program-program yang dirancang untuk mendukung perkembangan mereka.

Koneksi Modul 3.3 dengan Modul 2.3.  Coaching untuk Supervisi Akademik

Coaching dalam supervisi akademik berfokus pada pengembangan kompetensi guru secara berkelanjutan. Melalui coaching, guru didorong untuk menggali potensi diri, meningkatkan keterampilan mengajar, dan mencari solusi atas tantangan yang dihadapi dalam pembelajaran.

Guru yang kompeten dan termotivasi akan lebih mampu merancang dan mengelola program-program yang berdampak positif bagi murid. Untuk selanjutkan saya memanfaatkan coaching untuk menjalin kolaborasi dan kemitraan dalam mengelolah program yang berdampak positif pada murid.

Koneksi Modul 3.3 dengan Modul 3.1  Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan Seorang Pemimpin

Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri seorang pemimpin pembelajaran (guru) menjadi landasan moral dalam merancang dan mengelola program-program pendidikan. 

Nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, kebijaksanaan, dan disiplin akan mewarnai setiap keputusan yang diambil dalam pengelolaan program. Hal ini memastikan bahwa program yang dirancang sejalan dengan prinsip-prinsip etika dan berpihak pada kepentingan terbaik murid.

 Saya akan menerapkan pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan dengan mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsif dan 9 langkah pengambilan keputusan , untuk  memastikan bahwa program yang dirancang memberikan manfaat optimal bagi siswa dan sekolah.

Koneksi Modul 3.3 dengan Modul 3.2  Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Seorang pemimpin pembelajaran yang efektif mampu mengenali, menggali, menganalisis dan memetakan potensi sumber daya/aset utama yang dimiliki akan  mampu mendorong kreativitas dan inovasi dalam merancang program-program pembelajaran. 

Pemimpin yang mahir dalam mengelola sumber daya dapat memastikan  terciptanya program baru serta keberlanjutan program-program yang berdampak positif pada murid.

Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.

Selain dari modul-modul PGP, Fasilator, Pengajar Praktek dan Instruktur  saya juga mendapatkan informasi berharga dari berbagai sumber seperti:

  • Vidio vidio  di Internet
  • Bahan bacaan  dan artikel di Internet
  • Diskusi dengan sesama CGP
  • Memanfaatkan Komunitas Belajar.

Demikian koneksi antar Materi modul 3.3, semoga bermanfaat.

Salam guru Penggerak.

Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan

Tembaring, 12 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun