Artinya, tidak ada instrumentelle vernunft dan distance antara manusia dengan alam sebagaimana yang diusung dalam modernitas. Mereka percaya jika alam dieksploitasi secara masif akan memberikan dampak yang buruk bagi keselamatan makhluk hidup di bumi -- karena semuanya berkaitan satu dengan yang lain.
Kalau demikian, bagaimana dengan kondisi yang terjadi di Maluku saat ini ? Menurut salah satu anggota DPR RI komisi VII dapil Maluku Mercy Barends kerusakan hutan di Maluku tinggi. Belum lagi sampah akibat limbah industri dan limbah rumah tangga yang mengotori laut di Maluku. Untuk lebih jelasnya baca link ini:
Jika kita meneropong perkembangan kemampuan adaptasi lingkungan (baca: menyesuaikan diri dengan hukum-hukum alam) saat ini dengan bersandar pada ilmu-ilmu positif yang dikritik Ardono dan Horkheimer dalam modernitas serta  kenyataan di Maluku sebagaimana pernyataan Barends dan berita di berbagai social media  maka kesimpulannya setelah masuk modernisasi konsep adaptasi lingkungan yang terdapat dalam budaya ras Melanesia di Maluku mulai "ditinggalkan" lalu mengambil jalan baru "pergi" mengikuti cara hidup budaya modern.Â
Artinya, kemampuan adaptasi mengikuti hukum-hukam alam mengalami penurunan disebabkan karena terjadinya peningkatan adaptasi pada budaya modern yang justru mengabaikan hukum-hukum alam itu.
Mengacu pada kenyataan ini maka para pembuat kebijakan di Maluku perlu melakukan tindakan-tindakan nyata guna menekan pendekatan instrumentelle vernunft  dan distance antara manusia dengan alam yang kini telah merasuki kehidupan di Maluku agar dampak buruk dari climate change dan global warming segera diatasi.
Ini penting dilakukan karena kalau tidak segera dilakukan bersama maka tentunya masalah-masalah yang muncul akibat climate change dan global warming seperti badai siklon tropis, gelombang laut yang tinggi, banjir, longsor, kekeringan, kesusahan air bersih, naiknya permukaan air laut dan lain sebagainya akan terus mengintai anak cucu ras Melanesia dan saudara setanah air kita di Maluku.
Catatan: Tulian ini pernah diterbitkan media online Maluku pertengahan tahun 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H