Kemudian pada ayat 14--15 Â masih seputar perbuatan berhala umat Israel, tetapi kali ini para perempuan yang sedang melakukan penyembahan berhala (dengan menangisi dewa Tamus). Dewa Tamus adalah dewa kesuburan di daerah Mesopotamia, di Sumeria dikenal dengan sebutan Dumuzi. Sweeney mengatakan bahwa Tamus adalah salah satu dewa di Babilonia, biasanya penyembahan terhadap dewa Tamus ini dilakukan ketika musim kemarau panjang, dan meminta hujan turun untuk kesuburan tanah.Â
Vawter-Hoppe mengasumsikan bahwa perempuan --perempuan yang disaksikan oleh Yehezkiel sedang menangisi dewa Tamus, sebenarnya bukan menyembah dewa Tamus, melainkan sedang melaksanakan ritual ratapan terhadap dewa Tamus. Pendapat di atas juga disetujui oleh Block yang melihat hal tersebut dari kata sandang ha, yang dipakai dalam kata hattammuz, kata sandang tersebut menunjukkan bahwa yang dibicarakan bukan Tamus pada dirinya sendiri, melainkan praktek meratapi jenis ritual ratapan Tamus.Â
Melalui pemahaman di atas jelas yang dilakukan oleh perempuan-perempuan tersebut merupakan kegiatan yang tidak biasa dilakukan oleh umat-umat Israel, melainkan kegiatan yang dilaksanakan oleh umat-umat di Babilonia terhadap dewanya sendiri, yaitu Tamus. Lantas bagaimana perempuan-perempuan tersebut bisa mengetahui jenis ritual ratapan Tamus tersebut?Â
Sweeney kembali memberi argumennya bahwa apa yang dilihat oleh Yehezkiel tersebut adalah kegiatan ritual pagi saat musim kemarau panjang terjadi, dan hal tersebut merupakan kegiatan khas Yudaisme. Dari sini bisa muncul kemungkinan bahwa Yehezkiel menyamakan ritual khas Yudaisme dengan ritual di Babel. Mengapa bisa begitu? Jelas karena Yehezkiel telah berada di Babel beberapa waktu lamanya.Â
Penglihatan kelima (ayat 16-18)
Di ayat 16 Yehezkiel digiring lagi oleh sang guide tour ke pelataran dalam rumah Tuhan. Di sana Yehezkiel kembali melihat kegiatan berhala lagi, kali ini gantian para laki-laki sebanyak 25 orang yang melakukan praktek berhala, yaitu dengan menyembah matahari.Â
Jadi di sini lengkap sudah seluruh kalangan umat telah melakukan berhala, mulai dari tetua umat, perempuan, dan laki-laki. (dari sini jika semua orang tersebut dikategorikan sebagai orang dewasa, mungkin hanya anak-anak yang tidak menyembah berhala dan tidak bercela di teks Yehezkiel 8, mereka mungkin masih bermain petak umpet di reruntuhan Israel, hehehe).Â
Vawter-Hoppe mengasumsikan bahwa apa yang dilihat oleh Yehezkiel tersebut merupakan ritual khas dari Kanaan, karena berhubungan dengan penyembahan terhadap benda-benda langit.
Israel kuno sendiri sebenarnya juga sudah megenal tentang dewa matahari, hal ini dibuktikan dengan adanya suatu tempat yang bernama Beth-Syemesy ("rumah matahari") dan nama orang seperti Shamson. Kembali apa yang dilihat oleh Yehezkiel adalah sesuatu yang sebenarnya sudah menjadi kebiasaan dalam peribadahan Israel kuno, dan itu adalah hal yang wajar, yang sekarang dipermasalahkan oleh Yehezkiel.
Penutup pasal 8, yaitu ayat 18, menyampaikan bahwa dikarenakan hal-hal berhala yang dilakukan oleh segala kalangan tersebut telah terjadi, maka Allah tidak akan berbelas kasih pada mereka, bahkan walaupun mereka menyuarakan kesusahannya dengan suara nyaring, Allah tetap tidak akan mendengarkan mereka.
PENUTUP