Kitab Yehezkiel adalah salah satu kitab yang menggunakan nama nabi besar dalam sejarah nabi-nabi Isreael, yaitu Yehezkiel bin Buzi. Secara garis besar kitab Yehezkiel mengemukakan tentang penglihatan-penglihatannya, percakapan-percakapannya dengan Allah (yang secara monolog maupun dialog), dan nubuat-nubuat Allah (yang disampaikan kepadanya untuk ditujukan kepada Israel dan beberapa bangsa sekitar Israel).Â
Semuanya itu dialami oleh Yehezkiel pada saat ia berada di pembuangan Babel, dan hal ini bisa dilihat pada pasal 1: 1-3, yang menuliskan tentang awal penglihatan Yehezkiel.Â
Beberapa kali juga Yehezkiel mengalami pengalaman ekstatis, yaitu sebuah pengalaman spiritual-batiniah. Dalam beberapa pengalaman ekstatis-nya, saya tertarik dengan pengalaman yang dituliskan di pasal 8, yang kemudian dalam pengalaman ekstatis tersebut, ia dibawa kembali oleh Allah ke Yerusalem.Â
Ternyata di Yerusalem pada saat itu (setelah penyerbuan dan pembuangan berlangsung), masih ada beberapa orang sisa yang tidak ikut dibuang ke Babel, intinya setelah penyerbuan ke Israel, Babel tidak mengosongkan tanah Israel. Bahkan Babel sempat menjadikan Zedekia sebagai pengganti Yoyakhin yang telah terlebih dahulu dibuang ke Babel, dan pembuangan Yoyakhin tersebut adalah pembuangan gelombang pertama.Â
Saya mengikuti pendapat Blenkinsopp yang menganggap Yehezkiel ikut dibuang pada saat pembuangan gelombang pertama. Yang terjadi di sana (Yerusalem) adalah adanya kegiatan penyembahan berhala, dan beberapa penampakan mengenai adanya benda-benda yang menyebabkan Allah menjadi cemburu.Â
Dalam mengelompokkan adegan-adegan penyembahan berhala pada teks pasal 8, saya membaginya menjadi 5 bagian, yang nantinya akan dianggap oleh Yehezkiel sebagai perbuatan penyelewengan umat.Â
Pertama adalah mengenai berhala cemburuan (ayat 5).Â
Kedua adalah mengenai gambar-gambar berhala yang ada di sekitar tembok-tembok pelataran (ayat 10).Â
Ketiga adalah ketujuh puluh tetua Israel bersama dengan Yaazanya bin Safan yang sedang melaksanakan ritual membakar obor ukupan (ayat 11).
Keempat adalah para perempuan yang sedang menangisi Dewa Tamus (ayat 14).Â
Kelima adalah sekitar dua puluh lima laki-laki yang sedang sujud terhadap dewa matahari (ayat 16).Â