Di hari berikutnya aku disiapkan sebagai singa. Yang akan menyeret mangsa-mangsa dengan taringku. Menukarnya dengan lembaran-lembaran uang untuknya, untuk kita minum bersama-sama. Berpesta, merayakan hidup yang menyedihkan ini. Bukankah dunia sudah cukup menyedihkan dengan ratapan-ratapan banyak orang?
Kau melatihku dengan cepat, aku tidak bodoh kan?!
* * *
"Aku telah selesai, Tuan. Setiap perintahmu sudah kulaksanakan."
"Kau memang yang paling manis."
"Aku menginginkan hadiahku."
"Apa yang kau minta?"
"Jantungmu. Tidak ada yang lebih kuinginkan selain jantungmu yang masih berdenyut. Aku hanya ingin merasa hidup."
"Anjing kecilku... Aku mulai jatuh hati denganmu." Ratapmu pilu, ratapan itu, yang sama persis di waktu pertama kita bertemu.
"Kau salah. Aku tidak datang sebagai anjing hari ini, Tuan. Aku sudah mengasah cakar dan taringku, coba tebak, kau melihatku sebagai apa kali ini? Aku ingin menikmati rasanya menancapkan cakar-cakarku di dadamu, menggenggam jantungmu yang berdenyut-denyut itu."
Aku mendapati diriku sudah menancapkan cakar-cakarku tepat di dadanya, terus menusuk dan merengut jantungnya, dingin, tidak ada denyut, aku salah, lelaki ini benar-benar bukan manusia.