Dia mengangkat alisnya, mungkin merasa heran, karena aku tidak mirip dengan orang yang sedang belanja. Tanpa kantong plastik atau barang bawaan yang banyak.
"Ini, action figure, pesanan customer, buat keperluan kue." Aku menunjuk kotak kaca yang memamerkan bermacam-macam action figure.
"Customer? Kue?"
"Iya, kerjaan. Bisa duduk aja nggak? Aku capek ndongak terus?"
Dia, tingginya 190cm, sedangkan aku hanya 155cm. Berbicara dengannya, berdiri, berhadap-hadapan tentu menyiksa tulang leherku, karena harus terus menerus mendongak ke atas.
"Ooh... Oke. Lama nggak ngobrol sama kamu? Mau makan apa? Aku traktir."
"Minum aja, aku udah kenyang."
Itu pertemuan pertama setelah sekian lama kami memutuskan untuk berhenti saling menghubungi. Waktu itu, detik masih bergerak maju, kami berbicara, bercerita hingga lupa waktu, hingga lupa luka yang dulu. Hingga sebuah panggilan dari handphone yang kubuat senyap, mengakhiri pertemuan kami.
Tetapi, kami tidak pernah mengucapkan "selamat tinggal", tetap seperti dulu, mungkin kebiasaan. Kami justru bertukar nomor handphone,pin BBM dan semuanya. Agar kami bisa selalu bertukar kabar, agar bisa saling tahu apa yang baru di facebook dan instagram.
Salahkah? Tidak. Kita berteman. Titik.
* * *
Midnight, gettin' uptight
Where are you?