Guru membantah Kadisdikbud, yang menyatakan guru selalu mangkir. Saat audiensi tanggal 16 Mei 2023 dengan Dirjen GTK, tidak ada undangan untuk guru sebagai korban yang dihapuskan TPPnya.
Sementara guru dan timlah yang memohon kepada Dirjen GTK agar hadir untuk menjelaskan kepada Pemda bahwa TPP beda dengan tamsil. TPP boleh diterima semua ASN termasuk guru sesuai dengan kriteria yang ada. Sehingga Guru (Julia) meminta kepada dihadirkan saat audiensi.
Setelah 3 hari drama yang panjang, akhirnya 2 orang guru diundang. Tim guru menemani 2 orang rekan yang akan audiensi. 40 guru tersebut akhirnya diajak langsung oleh Dirjen GTK agar bersama-sama ikut audiensi.
Dirjen GTKlah yang memasukkan guru ke pendopo yang menjadi korban, bukan pemda atau dinas. Kadisdikbud menekan para kepala sekolah yang hadir di hotel sakura dengan menyatakan "SAYA TAHU KALIAN SEMUA, DANA BOS KALIAN SEMUA BERMASALAH".
Akhirnya sebagian kepala sekolah tidak berani datang ke pendopo dan berhamburan, meski diajak Dirjen GTK.
Setelah audiensi di Pendopo Bupati, kepala sekolah dan guru diredam, agar tidak menuntut TPP. Kadisdikbud juga tidak mau usulkan kriteria guru berserti/bertunsus. Malah menekan guru di ragam pertemuan.
 Kadisdikbud juga mengatakan audiensi di pendopo tidak benar. Bahkan kasi PTK melarang guru-guru menshare tulisan Ibu Julia di media.
Sejumlah komunikasi juga sering dilakukan oleh guru kepada Kadisdikbud, tiba-tiba  (Ibu Julia) menjadi "KEPALA SEKOLAH DI TEBELIAN" sementara kasus masih memanas.