Mohon tunggu...
GURU MUDA
GURU MUDA Mohon Tunggu... Guru - GURU

Ketika keadaan tidak berpihak, maka tulisan adalah suara kecil yang mampu membantumu bertahan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dayak Mungilku Pergi, di Saat Aku Tidak Mogok Lagi

7 Mei 2023   21:42 Diperbarui: 7 Mei 2023   22:10 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuberanikan memegang wajah dan menutup mata Aini tiga kali hingga tertutup sempurna. Aku merasakan suhu wajahnya dingin.

Air mata sudah kering sejak aku tahu dia pergi Sabtu pagi, 6 Mei 2023. Namun aku belum bisa melayat. Hal tersebut dikarenakan aku bersama tim sangat tanggung "membuat tulisan" hasil ringkasan zoom atas TPP/Kespeg yang dihapus sepihak.

Tulisan itu dinantikan oleh banyak guru sebagai solusi dari mogoknya 12 kec. Saat tulisan di tanggal 6 Mei sudah selesai, aku tidak mampu mengejar untuk melayat karena pastinya akan kesorean. Rekan dari Ransi mengatakan bahwa, dayak mungilku akan dimakamkan hari minggu setelah ibadah.

Kesedihan yang mendalam ini bersamaan dengan tanggungjawab sebagai manusia dalam membantu sesama perihal TPP/kespeg yang dihapus. Sebagai gurunya, aku mengingat kembali semua masa indah bersama murid cerdas itu.

Wajah pucat, kaki bengkak dan tatapan sayu, dia bawa ke sekolah setiap hari. Sejak kelas 4, dia sudah menderita penyakit kebocoran jantung. Aku melarang dia ke sekolah, agar bisa istirahat di rumah.

Namun, dia berkata, "aku mau belajar bu,". Lalu q jawab, nanti kamu malah sakit. Dengan mata berkaca-kaca, dia mengatakan "aku mau ke sekolah, karena ibu adalah guruku, aku sayang ibu. Aku mau lihat dan belajar dengan ibu.

Aku temui orang tuanya, dan beliau mengatakan bahwa, dua Rumah Sakit sudah dikunjungi untuk berobat. Terkadang membaik dan kadang kurang stabil.

Dokter mengatakan, dia bisa diobati di Jakarta. Namun karena kondisi ekonomi, orang tuanya tidak mampu membawanya.

Aku berkomunikasi dengan ibu dokter yang aku kenal di jakarta. Beliau adalah drg. Rati, dokter gigi. Dengan profesi sebagai dokter, aku berharap beliau bisa arahkan kami ke dokter yang bisa obati Aini.

Aku berencana menggunakan dana tunjangan khusus yang akan kuterima di semester 2 tahun 2022. Namun, bersama dengan 384 rekan guru di Kab. Sintang, mengalami kasus, tidak cairnya tunjangan khusus guru. Sehingga aku menunda untuk membantu dia.

Dengan semangat aku, tim dan semua guru yang terkena kasus tunjangan khusus yang tidak cair berusaha untuk memperjuankan hak itu, dari bulan November 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun