Mohon tunggu...
Julian Sunan
Julian Sunan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Thoughts lead on to purposes; purposes go forth in action; actions form habits; habits decide character; and character fixes our destiny. Check my blog http://juliansunan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"Bahaya Imunisasi?" Telaah Tahap II

13 Mei 2012   08:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:22 6629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila anda menginginkan membaca sumber tulisan di atas tersebut, mengenai kasus Nigeria yang lebih lengkap dan obyektif, anda dapat mencermati thesis Jegede AS (2007) 'What Led to the Nigerian Boycott of the Polio Vaccination Campaign?' PLoS Med 4(3): e73. dan Polio Vaccines – Difficult to Swallow. The Story of a Controversy in Northern Nigeria, tulisan Maryam Yahya yang dipublikasikan dalam IDS Working Paper 261 oleh Institute of Development Studies pada bulan Maret 2006.

Iklan sebentar ya : Teori Konspirasi

“Vaksin yang telah diproduksi dan dikirim ke berbagai tempat di belahan bumi ini (terutama negara muslim, negara dunia ketiga, dan negara berkembang), adalah sebuah proyek untuk mengacaukan sifat dan watak generasi penerus di negara-negara tersebut”

Tanpa data/bukti pendukung, kalimat di atas memang merupakan salah satu bentuk teori konspiratif. Teori konspirasi ‘kayak gituan’ lebih sering berawal dari asumsi (mungkin dgn background keyakinan, kepercayaan, pengalaman, trauma/sentimen yang sudah sangaat mendalam hingga diam-diam menjadi waham), yang kalau kreatornya sempat, ada waktu buat googling, ngupil, nyari-nyari di situs anti vaksin Amerika, atau menyambangi blog tetangga untuk dicopy paste, kemudian menambahkan bukti-bukti yang mendukung (ya jelas lah, masa bukti yang menentang ikut dipampang, mana laku teorinya). Ya, Indonesia masih banyak pengangguran gitu, lumrah kalau bermunculan profesi desperate sebagai blogger/fesbuker/kompasioner konspiratif plus pengobat alternatif, mungkin mereka merasa lebih gampang eksis & terkenal lewat kanal itu daripada mati-matian ngantri Indonesian Idol atau membakar diri di depan gedung DPR (mati beneran kalau yang ini).

Tidak ada masalah dengan asumsi, siapa saja boleh berasumsi. Berasumsi sejauh apapun, hingga menuduh vaksin merupakan produk alien dari Mars juga tidak masalah (setidaknya tidak masalah bagi saya, entah bagi mahluk Mars). Maka, marilah kita terima teori konspiratif pada paragraf di atas dengan senang hati & penuh tawa, tidak perlu capek diperdebatkan. Biarkanlah si pencetus teori tersebut melengkapinya dengan bukti, biar lebih lucu lagi.

7. Bart Classen dan Diabetes tipe I (IDDM)

"Bart Classen, seorang dokter dari Maryland, menerbitkan data yang memperlihatkan bahwa tingkat penyakit diabetes berkembang secara signifikan di Selandia Baru, setelah vaksin hepatitis B diberikan secara massal di kalangan anak-anak"

John Barthelow Classen, MD, MBA, menerima MD dari University of Maryland pada 1988 dan gelar MBA dari Columbia University pada tahun 1992. Dr Classen dipekerjakan di NIH di Laboratorium Imunologi, NIAID, antara 1988 dan 1991 sebelum ditinggalkannya untuk mendirikan 'Immunotherapies Classen' (sebuah institusi GeJe - ga jelas yang katanya menyediakan suatu sistem untuk keamanan vaksin?) pada tahun 1991. Pernyataan Classen di atas tersebut tercantum dalam karya nomor 2 dari 5 penelitian kontroversialnya tentang relasi antara imunisasi dan diabetes tipe I:


  1. Classen JB. The timing of immunization affects the development of diabetes in rodents.Autoimmunity 1996;24:137-145
  2. Classen DC, Classen JB. The timing of pediatric immunization and the risk of insulin-dependent diabetes mellitus. Infect Dis Clin Pract 1997;6:449-454
  3. Classen JB, Classen DC. Immunization in the first month of life may explain decline in incidence of IDDM in the Netherlands. Autoimmunity 1999;31:43-45
  4. Classen JB, Classen DC. Clustering of cases of insulin dependent diabetes (IDDM) occurring three years after hemophilus influenza B (HiB) immunization support causal relationship between immunization and IDDM. Autoimmunity 2002;35:247-253
  5. Classen JB, Classen DC. Clustering of cases of type 1 diabetes mellitus occurring 2-4 years after vaccination is consistent with clustering after infections and progression to type 1 diabetes mellitus in autoantibody positive individuals. J Pediatr Endocrinol Metab 2003;16:495-508


Classen menyatakan bahwa jika vaksinasi pertama pada anak dilakukan setelah usia 2 bulan, ada peningkatan risiko diabetes tipe I. Penelitian laboratorium Classen pada hewan juga menemukan bahwa vaksin tertentu, jika diberikan saat lahir, sebenarnya mengurangi risiko diabetes. Penelitian ini didasarkan pada percobaan menggunakan vaksin anthrax, yang sangat jarang digunakan pada anak-anak atau orang dewasa. Classen juga membandingkan angka kejadian diabetes tipe I dengan jadwal vaksinasi di berbagai negara, dan menafsirkan hasilnya bahwa vaksinasi menyebabkan peningkatan risiko diabetes. Pernyataan ini telah dikritik karena perbandingan antar negaranya tersebut mengikutkan vaksin yang tidak lagi digunakan atau jarang digunakan di negara tersebut, sepertismallpox (variola; cacar) dan vaksin tuberkulosis (BCG). Penelitian ini juga tidak mempertimbangkan banyak alasan selain vaksinasi yang dapat mempengaruhi tingkat diabetes tipe I di berbagai negara. Kemudian, pada tahun 2002, Dr Classen menyatakan bahwa vaksinasi anak-anak Finlandia dengan vaksin Hib menyebabkan kasus klaster diabetes 3 tahun kemudian, dan bahwa eksperimennya pada tikus di atas mengkonfirmasi hubungan ini. Silakan unduh pernyataan lengkap paragraf ini di http://www.ncirs.edu.au/immunisation/fact-sheets/diabetes-and-vaccines-fact-sheet.pdf dari http://www.ncirs.edu.au/)

Dalam dunia riset medis, satu hasil penelitian tidak dapat dianut begitu saja sebagai acuan sebagai sumber penentu keputusan, melainkan harus berdasarkan verifikasi dan kesimpulan akhir dari banyak hasil penelitian. Penelitian kontroversial Classen memicu peneliti-peneliti di berbagai belahan dunia untuk memverifikasi temuan Classen ini dengan penelitian-penelitian mereka kemudian, dengan data yang lebih lengkap, lebih valid dan lebih komprehensif (beginilah cara para peneliti terpelajar 'beradu argumen secara jantan'). Berikut beberapa penelitian tentang hubungan imunisasi antara diabetes tipe I, dan penyakit alergi & autoimmun lainnya yang menjawab pernyataan Classen:

Heijbel H, Chen RT, Dahlquist G. Cumulative incidence of childhood-onset IDDM is unaffected by pertussis immunization. Diabetes Care. 1997 Feb;20(2):173-5.(http://care.diabetesjournals.org/content/20/2/173.full.pdf+html)

--> ConclusionThe comparison of the cumulative incidence of IDDM, up to the age of 12 years, in birth cohorts with high and low exposure to pertussis vaccine does not support the hypothesis that pertussis could induce autoimmunity to the beta-cell that may lead to IDDM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun