Pengarang buku anti imunisasi populer di Indonesia ibu Ummu Salamah ternyata juga latah mencopy paste teori konspirasi Alan Cantwell tentang vaksin campak di atas. Yang perlu anda catat adalah bahwa Alan Cantwell adalah seorang gay, yang bertemu pasangan hidupnya, Frank A. Sinatra di tahun 1974. Pada tanggal 19 Oktober 2008, keduanya 'menikah' di Hollywood (ya, maka jangan heran bukunya banyak mengunggah teori konspiratif penindasan terhadap kaum gay). Alan Cantwell juga pemuja teori Orgone, energi 'gaib' yang ditemukan di alam dan di seputar orgasme (hah!?), temuan Wilhelm Reich, psikoanalis yahudi nyentrik & aneh yang terusir dari Jerman (saking ngefansnya Cantwell sampe membuat buku berjudul "Dr. Wilhelm Reich: Scientific Genius – or Medical Madman?"). Mungkinkah umat muslim sekarang menganggap sahih "fatwa" seorang gay penghasil orgone dari orgasmenya?
Ada kutipan pernyataan lagi dari komunitas anti imunisasi:
"Setiap program vaksin dari WHO di laksanakan di Afrika dan Negara-negara dunia ketiga lainnya, hampir selalu terdapat penjangkitan penyakit-penyakit berbahaya di lokasi program vaksin dilakukan. Virus HIV penyebab Aids di perkenalkan lewat program WHO melalui komunitas homoseksual melalui vaksin hepatitis dan masuk ke Afrika tengah melalui vaksin cacar"
Mari pembaca ikut menebak, darimana teori konspirasi di atas berasal? ciri khas: HIV, AIDS, homoseksual, Afrika - ya, betul sekali, ini jelas pernyataan konspiratif Alan Cantwell, dari bukunya yang juga masih itu-itu saja.
6. Nigeria Memboikot Imunisasi Polio
"Penularan polio dalam skala besar, menyerang anak-anak di Nigeria Utara berpenduduk muslim. Hal itu terjadi setelah diberikan vaksinasi polio, sumbangan AS untuk penduduk muslim. Beberapa pemimpin Islam lokal menuduh Pemerintah Federal Nigeria menjadi bagian dari pelaksanaan rencana Amerika untuk menghabiskan orang-orang Muslim dengan menggunakan vaksin"
Berita mengenai penolakan vaksinasi polio di Nigeria ini benar adanya, anda dapat membaca berita-berita tentangnya di situs-situs berita internasional ternama sekitar tahun 2002-2004. Ya, ini berita sedih, inilah contoh nyata bagaimana kepercayaan agama dan isu sentimen terhadap barat kemudian terkompori oleh teori-teori konspiratif kaum penolak-imunisasi.
Nigeria adalah salah satu negara dengan jumlah penderita polio yang sangat banyak, WHO melaporkan bahwa lebih dari 40 persen dari 677 kasus baru polio yang tercatat di seluruh dunia pada tahun 2002 berada di Nigeria. Jumlah kasus polio di Nigeria memang sudah besar,namun bukan karena imunisasi polio. Program imunisasi polio yang kemudian mulai digalakkan di Nigeria sempat terganggu ketika Oktober 2003 para pemimpin politik negara bagian Kano, Zamfara, Bauchi dan Niger di Nigeria utara menyerukan kepada orang tua tidak membiarkan anak-anak mereka untuk diimunisasi, memperingatkan mereka bahwa vaksin tersebut dapat terkontaminasi. Seruan untuk melawan vaksinasi oleh para pemuka agama di Nigeria utara menemukan wadahnya ketika mereka diterima oleh ketua Supreme Council for Sharia in Nigeria (SCSN), Dr. Datti Ahmed. Ia mengatakan bahwa ada kemungkinan kuat bahwa vaksin telah terkontaminasi dengan agen anti-kesuburan dan seharusnya tidak diberikan pada anak sampai penyelidikan penuh selesai dilakukan (Reps And the Polio Vaccine Controversy, Daily Trust Newspaper, Nigeria at All Africa.com, 30 Desember 2003). Dr. Datti Ahmed juga menyatakan bahwa vaksin polio "..rusak dan dinodai oleh pelaku kejahatan dari Amerika dan sekutu Barat mereka" serta "Kami percaya bahwa Hitler-modern secara sengaja mencemari vaksin polio oral dengan obat anti-kesuburan dan ... virus yang diketahui menyebabkan HIV dan AIDS" (Vaccine Boycott Spreads Polio, News24.com, 11 Februari 2004). Lagi-lagi konspirasi vaksin-HIV-AIDS-Afrika, coba tebak siapa tokoh pencetus teori ini? ya, Alan Cantwell. Negara bagian Bauchi, Niger dan Zamfara hanya memboikot satu putaran Hari Imunisasi Nasional, sementara negara bagian Kano terus memboikot selama hampir setahun.
Kebuntuan ini akhirnya diselesaikan melalui dialog, dengan para pemimpin keagamaan memainkan peran signifikan dalam prosesnya. Pemerintah federal Nigeria mengundang para pemimpin politik dan agama mengikuti serangkaian pertemuan untuk mencari solusi untuk kebuntuan yang terjadi. Pertemuan ini menghasilkan konsensus pada bulan Februari 2004 dengan menerima permintaan SCSN untuk menguji vaksin secara mandiri di negara muslim. Pada bulan Februari 2004, pemerintah Nigeria mengirimkan wakil negara dan agama ke Afrika Selatan, Indonesia, dan India untuk mengamati pengujian vaksin polio dan membawa kembali bukti bahwa vaksin polio tidak terkontaminasi dengan HIV.
Dalam pembelaan diri mengenai aksi boikot-nya selama 11 bulan tersebut, gubernur negara bagian Kano, Ibrahim Shekarau, menegaskan kembali bahwa keputusan mereka untuk memboikot dikarenakan hasil tes yang tidak memuaskan oleh tim pemerintah federal Nigeria. Puas dengan hasil uji kualitas dan proses produksi vaksin polio dari negara yang dikunjungi, tim dari negara bagian Kano kembali dengan membawa hasil persetujuan dengan Bio Farma, perusahaan vaksin Indonesia, yang kemudian direkomendasikan oleh mereka menjadi pemasok baru vaksin polio bagi negara-negara bagian di Nigeria yang berpenduduk mayoritas muslim. Indonesia adalah negara muslim yang dipercaya oleh para pemimpin muslim Nigeria untuk menguji vaksin polio.
Dua bulan setelah negara bagian Kano kembali melaksanakan program imunisasi polio, sekitar 150 ulama muslim dan pemimpin tradisional dari Chad, Kamerun, Niger, Togo, Benin, dan Burkina Faso bertemu di Kano pada tanggal 22 September 2004 untuk membahas jalan ke depan sehubungan dengan imunisasi polio, mungkin sekalian mau jalan-jalan ke Bandung melihat Bio Parma, memborong peuyeum, dan telepisi (bahasa Sunda untuk televisi).