Pasca tsunami, Ia datang ke Aceh untuk memantau langsung dampak parah terjangan ombak laut yang memporak-porandakan pemukiman penduduk di sepanjang pantai.Â
Pada saat itu, Ia banyak memberikan bantuan kepada warga Aceh dalam masa pemulihan dari bencana. Yakni dengan membangun ratusan hunian yang layak bagi para korban tsunami.
Kembali ke cerita Mawar.
Suatu hari, terjadi kejadian yang memilukan hati. Tiba-tiba Mawar hilang pergi ntah kemana. Saat itu, Ibunya pergi belanja ke pasar untuk membeli kebutuhan masak di rumah.Â
Sepulangnya, Ia tidak menjumpai Mawar di rumah. Padahal, Mawar tidak pernah pergi jauh dari rumah. Sudah dicari di sekitar rumah, ditanya ke tetangga. Namun, Ia belum juga ditemukan. Beberapa warga juga turut membantu mencarinya.Â
Sampai malam tiba. Ia akhirnya ditemukan di salah satu gubuk di kebun warga di dekat jalan raya yang berjarak sekitar lebih 1 kilometer dari rumahnya. Tanpa seorang pun yang menemaninya. Ia menangis. Rasa ketakutan terlihat jelas dari raut wajah Mawar.
Setelah melihat kondisinya, ada keanehan yang dialami anak tersebut. Ada bekas luka lecet (maaf) di daerah kemaluan Mawar. Ibunya sangat terpukul akibat kejadian itu.Â
Keesokan harinya, Ibunya melaporkan kejadian tersebut di kantor tempat Penulis, saat itu, bekerja. Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Anak Banda Aceh, namanya.
Saat itu, LBH Anak mendampingi Mawar secara menyeluruh. Baik pendampingan terhadap pelayanan medis yang Ia butuhkan, dampingan konseling, dan dampingan hukum.
LBH Anak betul-betul serius dan bekerja keras untuk pengungkapan kasusnya. Dengan menjalin kerjasama dengan berbagai LSM lainnya yang berkaitan dengan kebutuhan Mawar.Â
Diantaranya, pihak Rumah Sakit, lembaga konseling, LSM yang konsen perlindungan perempuan, pihak Kepolisian, dan pihak Pemda melalui Badan Pemberdayaan Perempuan Provinsi Aceh.