Kumelaju dengan kecepatan standar, tanpa terburur-buru, karena aku masih trauma kala kunaikan kecepatan Fino membuat aku hampir saja mengalami kecelakaan brutal seperti saat kumenabrak motor Haikal. Tapi aku harus tetap bersyukur, dari kejadian itu aku bertemu dengan Haikal secara langsung.Â
Aku tiba di tempat di mana aku pernah melihat Haikal, kembali kupandangi sekeliling, tak terlihat juga bayangan Haikal. Sedangkan hari sudah sangat sore, aku harus segera melaju sampai rumah untuk bersih-bersih diri menanti waktu maghrib.Â
Dalam pencarianku, aku melihat sosok laki-laki yang pernah mengantarkanku pulang bersama Haikal saat kecelakaan itu. Aku nyaris tak mengenalinya, kupaksakaan otak kananku untuk mengingat aura laki-laki itu.Â
"Ya,, ya,, dialah teman Haikal yang waktu itu membantu mengendarai motorku." Ingatanku pulih seketika.
Kuhampiri lelaki itu, "Hallo kak, masih ingat sy? Sy yang waktu itu kk bantu membawakan motor saya bersama kak Haikal pulang ke rumah, masih ingat?"
"Oh,, iya. Sy masih ingat kok. Kejadiannya kan blm lama ini, baru juga kemaren. Bagaimana ya?" Sambil mengerutkan keningnya laki-laki itu seolah menunjukkan rasa penasarannya karena aku menghampirinya.
"Kak Haikal ke mana ya? Kok hari ini saya tidak melihatnya? Apakah kak Haikalnya lagi sibuk?
" Haikal siang tadi sudah ke Surabaya, biasa la.. panggilan pekerjaan. Kebetulan Haikal kerja di Surabaya, dia ke sini juga karena ada sedikit urusan keluarga."
"Kakak punya nomor handphonenya?"
"Oh iya, ada"
"Boleh minta kak, nomor handphonenya?