Mohon tunggu...
Julaila Haris
Julaila Haris Mohon Tunggu... Guru - SMK Negeri Kokar, Kabupaten Alor-NTT

Menulis, Membaca, dan Berbicara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Takut Menjadi Perawan Tua Part 4

3 Maret 2024   01:14 Diperbarui: 28 Mei 2024   18:49 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini sungguh naas bagiku, memang ini adalah kesalahanku, aku tak berniat membela diri karena memang aku yang salah. Semuanya terjadi karena pria sawo matang yang bernama Haikal.

Kubersandar di kursi kerjaku, angan-anganku mulai bermain bersama khayalanku.

"Seandainya tadi aku berjumpa dengan Haikal, aku tentunya akan semangat meskipun dimarahin habis-habisan oleh manager. Haikal orangnya tampan,,, matanya,,, dagunya,,, bahkan senyumnya sanggul menjatuhkan bola mataku bila kupandangi wajahnya dari dekat."

Khayalanku mulai mempermainkana otakku.

"Sepertinya hari ini tugasku tidak begitu menumpuk. Hmmm,, aku kerjakan saja tugas-tugas yang sudah menantiku sedari tadi." kataku dengan nada berbisik ketika menekan tombol power komputer yang ada di mejaku.

Kunyalakan komputer di depanku, menanti untuk segera mengoperasikannya, tapi tiba-tiba yang muncul pada layar utama adalah bayangan Haikal. Kukedipkan mataku sekuat-kuatnya, sambil membuka kelopak mataku secara perlahan,,,, itu hanyalah imajinasiku saja.

"Gila.. segitunya aku mikirin Haikal? Pertanyaan konyol yang kusodorkan sendiri untuk diriku.

Aku berusaha untuk lebih teliti lagi kali ini dalam bekerja, sehingga aku dapat pulang tepat waktu dan siapa tahu Tuhan benar-benar menakdirkan untuk aku dapat bertemu dengan Haikal sore ini.

Jarum jam dinding terus berputar, tak.. tak.. tak.. tapi yang kurasakan adalah waktunya berputar sangat lama, sepertinya dia ingin mengajakku bermain dalam buaian mesra angan-angan kasmaran  seperti yang sedang mempermainkanku saat ini.

Tak terasa pekerjaanku selesai, aku berhasil menyelesaikannya dengan pikiran dan hati yang tenang.

Saat jam kerja berakhir, aku bergegas keluar dari ruanganku tanpa peduli lagi dengan mejaku yang masih berantakan dengan tumpukan sampah kertas-kertas yang masih berserakan. Kuhampiri Fino, dan dia masih setia menungguku hingga jam kerja berakhir. Tak tanggung-tanggung lagi, langsung kukemudikan yamaha yang setia menemaniku selama aku bekerja di perusahaan ini. Aku tau karena dedikasiku yang terbilang sangat memuaskan di perusahaan ini sehingga aku dapat mempersunting Fino dengan hasil keringatku. Jadi untuk mengecewakan perusahaan sangatlah tidak mungkin kulakukan, karena dari pekerjaanku ini aku dapat menikmati hasilnya sampai saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun