Namun, penting untuk diingat bahwa ambisi yang berlebihan juga dapat membawa konsekuensi negatif, seperti burnout, stres, dan mengorbankan aspek penting lainnya dalam hidup.
Di satu sisi, "overachieving" dapat menjadi aset berharga bagi perusahaan. Gen Z yang ambisius seringkali menjadi inovator, pemecah masalah, dan pemimpin masa depan. Mereka membawa energi positif dan semangat juang yang tinggi ke dalam tim.Â
Tapi, di sisi lain, perusahaan juga perlu memperhatikan kesejahteraan karyawan mereka yang "overachieving". Terlalu fokus pada prestasi dapat mengarah pada penurunan kualitas hidup dan produktivitas jangka panjang.
Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan perlu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung keseimbangan antara ambisi dan kesejahteraan.Â
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan fleksibilitas, mengakui dan menghargai prestasi, serta menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk pengembangan profesional.Â
Kemudian, perusahaan juga perlu mendorong budaya kerja yang sehat, di mana karyawan merasa didukung dan dihargai, serta memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.Â
Dengan demikian, Gen Z yang "overachieving" dapat menyalurkan ambisinya secara positif dan berkontribusi pada kesuksesan perusahaan tanpa mengorbankan kesehatan mereka.
Di Antara Dua Ekstrem
Generasi Z, dengan segala kompleksitasnya, menghadirkan tantangan dan peluang baru bagi dunia kerja. Di satu sisi, "quiet quitting" menjadi refleksi dari keinginan mereka untuk memiliki keseimbangan hidup yang lebih baik.Â
Di sisi lain, "overachieving" menunjukkan ambisi dan semangat mereka untuk berprestasi. Namun, di balik kedua ekstrem ini, terdapat nuansa yang lebih kompleks.Â
Banyak anggota Gen Z yang mencari jalan tengah, di mana mereka dapat bekerja dengan produktif namun tetap menjaga kesejahteraan mental dan fisik.Â