Sekali lagi, Mendikdasmen Abdul Mu'ti telah menegaskan bahwa deep learning bukanlah sebuah kurikulum, melainkan sebuah pendekatan pembelajaran yang mendalam. Meskipun demikian, implementasi deep learning di lapangan tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan.Â
Ada sejumlah tantangan yang perlu diatasi, mulai dari kesiapan guru, ketersediaan sumber daya, hingga perubahan budaya sekolah.
Salah satu tantangan terbesar adalah kesiapan guru. Tidak semua guru memiliki kompetensi yang memadai untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa seperti deep learning. Banyak guru yang terbiasa dengan metode pembelajaran tradisional yang lebih berorientasi pada guru.Â
Oleh karena itu, perlu ada program pelatihan guru yang intensif dan berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam menerapkan deep learning.Â
Selain itu, dukungan dari kepala sekolah dan sesama guru juga sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi penerapan deep learning.
Ketersediaan sumber daya yang memadai juga menjadi tantangan lain. Penerapan deep learning membutuhkan berbagai macam sumber daya, mulai dari buku-buku teks yang sesuai, perangkat teknologi, hingga ruang kelas yang fleksibel.Â
Tidak semua sekolah memiliki sumber daya yang cukup untuk mendukung implementasi deep learning. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk sektor pendidikan, terutama untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekolah.
Perubahan budaya sekolah juga menjadi tantangan yang tidak kalah penting. Deep learning menuntut perubahan paradigma dalam proses pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi pusat perhatian, melainkan siswa yang menjadi subjek belajar.Â
Hal ini tentu saja membutuhkan waktu dan upaya yang cukup untuk mengubah budaya sekolah yang sudah mapan.
Solusi untuk Mengatasi Tantangan
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan beberapa solusi komprehensif.