Dalam lanskap pendidikan yang terus berkembang, muncul istilah baru yang menarik perhatian banyak pihak, yakni "deep learning". Istilah ini seringkali disalahartikan sebagai sebuah kurikulum baru yang akan menggantikan kurikulum yang ada.Â
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI Prof Abdul Mu'ti telah menegaskan bahwa deep learning bukanlah sebuah kurikulum, melainkan sebuah pendekatan pembelajaran yang mendalam.
Deep learning, dalam konteks pendidikan, bukanlah sekadar tren semata, melainkan sebuah paradigma baru yang menggeser fokus pembelajaran dari menghafal informasi menjadi memahami konsep secara mendalam. Pendekatan ini sejalan dengan perkembangan zaman yang menuntut individu memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.Â
Jika kurikulum dapat diibaratkan sebagai peta jalan dalam perjalanan belajar, maka deep learning adalah kompas yang menuntun siswa untuk menemukan arah dan makna dalam setiap pembelajaran.
Lantas, apa yang membedakan deep learning dengan metode pembelajaran konvensional? Salah satu perbedaan yang paling mencolok adalah penekanan pada keterlibatan aktif siswa. Dalam deep learning, siswa bukan hanya penerima pasif informasi, tetapi juga sebagai penemu pengetahuan. Mereka diajak untuk bertanya, mengeksplorasi, dan menemukan jawaban sendiri.Â
Hal ini tentu saja membutuhkan peran guru yang lebih sebagai fasilitator daripada sebagai sumber informasi tunggal. Guru berperan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, merangsang pemikiran kritis siswa, dan memberikan bimbingan yang tepat.
Penerapan deep learning di sekolah-sekolah juga menuntut adanya perubahan dalam penilaian. Penilaian tidak lagi hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses pembelajaran. Aspek-aspek seperti kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan kolaborasi perlu mendapatkan perhatian yang sama.Â
Portofolio siswa, presentasi kelompok, dan proyek-proyek berbasis masalah menjadi beberapa contoh bentuk penilaian yang dapat digunakan dalam pendekatan deep learning.
Mengapa Deep Learning Penting?
Mendikdasmen Abdul Mu'ti telah menegaskan bahwa deep learning bukanlah sebuah kurikulum, melainkan sebuah pendekatan pembelajaran yang mendalam. Pendekatan ini mengundang siswa untuk tidak hanya menghafal informasi, namun untuk benar-benar memahami konsep, menganalisis data, dan menyelesaikan masalah secara mandiri.Â