Pandemi Covid-19 yang melanda dunia beberapa tahun lalu tak hanya membawa perubahan drastis pada gaya hidup masyarakat, namun juga memicu tren baru yang sempat digandrungi, yakni bersepeda.
Seiring dengan pembatasan aktivitas di luar rumah dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan, sepeda menjadi pilihan utama sebagai alat transportasi alternatif sekaligus sarana olahraga.
Booming-nya tren bersepeda ini mendorong pertumbuhan industri sepeda secara signifikan. Toko-toko sepeda kebanjiran pembeli, harga sepeda melambung tinggi, dan berbagai merek baru bermunculan.
Namun, seiring dengan meredanya pandemi dan pembatasan aktivitas mulai dilonggarkan, tren bersepeda pun perlahan mulai surut.
Faktor Penurunan Minat Bersepeda
Pertama, kembali ke kebiasaan lama. Setelah pandemi, banyak orang kembali ke kebiasaan sebelumnya, seperti menggunakan kendaraan pribadi untuk mobilitas sehari-hari.
Setelah pandemi mereda, mobilitas masyarakat kembali meningkat. Kemudahan dan kenyamanan kendaraan pribadi, seperti mobil dan motor, kembali menjadi pilihan utama bagi banyak orang.
Mobil pribadi menawarkan kebebasan bergerak yang lebih tinggi, perlindungan dari cuaca ekstrem, serta kapasitas untuk membawa lebih banyak barang. Motor, dengan kelincahannya, menjadi solusi bagi mereka yang ingin menghindari kemacetan lalu lintas.
Fenomena ini menunjukkan betapa sulitnya mengubah kebiasaan masyarakat. Meskipun bersepeda sempat menjadi tren yang populer, kenyamanan dan kemudahan yang ditawarkan oleh kendaraan pribadi tetap menjadi daya tarik yang kuat.
Untuk mendorong masyarakat kembali beralih ke transportasi yang lebih ramah lingkungan, diperlukan upaya yang lebih komprehensif, mulai dari penyediaan infrastruktur yang memadai, sosialisasi yang efektif, hingga kebijakan yang mendukung.