Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Paradok

20 Mei 2020   08:42 Diperbarui: 20 Mei 2020   08:38 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika ia baru saja menyerahkan pesanan kami.

“Jadi ini makan malam interogasi?”

“Jangan merasa begitu ah!”

“Karena kupikir pak Untung aja yang akan menginterogasiku. Atau kamu jadi diminta untuk jadi agennya?”

Untung,  intel Kodim yang tempo hari menemuiku.

Alina masih  menatapku. Menanti jawaban. Tatapan yang membuat aku selalu merasa keliru. Intimidatif, tetapi aku suka. Ini juga paradok, entah yang keberapa.

“Mas, sejak penangkapan aktivis di Jogja dan Jakarta,  apalagi kamu bilang beberapa temanmu masih belum kembali ke kosnya. Aku..,”

Tidak melanjutkan. Ia terdiam. Mungkin karena, soto pesanannya. Tetapi bisa juga dia tidak ingin melanjutkan kalimatnya. Takut aku besar kepala, itu yang selalu ia bilang.

Anak mami ini ternyata mulai mengikuti berita politik.

“Jangan besar kepala dulu! Belakangan ini aku mulai mengkuatirkanmu mas.” 

Tegas, perlahan. Untuk paradok barunya. Dua hal yang bertentangan ada dalam satu kalimat itu. Menutup, tetapi kemudian membukanya lebar. Tanpa diminta pun, kalimat itu membuatku melayang. Seandainya aku memakai helm, tetapi lucu juga karena tidak sedang naik motor, terasa sesak. Karena kepalaku seperti yang dia bilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun