Maaf yang dinyatakan oleh beliau harus kita lihat sebagai bentuk penyesalan. Andi Taufan pun sudah menjelaskan maksud dan tujuannya ingin berbuat baik dan bergerak cepat membantu mencegah dan menanggulangi Covid-19 di desa.
Maaf itu harus diterima dan diberi kesempatan agar tidak terjadi lagi kesalahan yang sama. Jadi, untuk mendesak memecat langsung rasanya terlalu cepat karena kita perlu memberi kesempatan dulu atau teguran keras buatnya.
PELAJARAN BERHARGA
Dengan kejadian ini, baiknya Presiden Jokowi menegur keras stafsusnya tersebut agar tidak lagi berulah.Â
Tidak lagi melakukan hal-hal yang tidak dia pahami. Kejadian ini adalah pelajaran berharga yang akan membuatnya semakin bijak dan dewasa dalam bertindak.
Niat baik yang ingin diberikannya, belum tentu dilihat itu sebuah kebaikan oleh orang lain.Â
Baiknya berdiskusi dulu dengan orang yang lebih ahli, berpengalaman dan berintegritas soal itu agar kedepannya dicap suatu kebaikan.
Dan, perlu diingat bahwa Andi Taufan tidak lagi melibatkan perusahaan dalam pekerjaan sebagai stafsus Presiden saat ini.
Dia menjabat untuk bangsa dan negara bukan pada perusahaan miliknya. Jika memasukkan atau mengikutsertakan perusahaannya di dalam pekerjaannya, maka itu akan dinilai negatif oleh masyarakat. Akan dilihat sebagai bentuk bisnis sesaat.
Sangat riskan dan sensitif berhubungan langsung dengan perusahaan padahal kita adalah pejabat negara yang dihunjuk melaksanakan tugas kenegaraan demi kepentingan masyarakat umum.
Ini harus menjadi pelajaran berharga buat stafsus Presiden tersebut agar diketahui kedepannya.Â