Sekolah dengan SPP yang mahal, pasti akan mendapatkan fasilitas yang lebih baik dalam segala hal. Misalnya dalam hal internet, sekolah mungkin sudah menyediakan fasilitas internet yang kencang dan mudah diakses oleh semua orang. belum lagi guru-guru yang mengajar, pasti sudah diberikan berbagai fasilitas yang berbeda.Â
Guru-guru biasanya diberikan standar yang berbeda dengan yang guru guru dari sekolah yang biasa, baik dalam hal penampilan, penguasaan materi, pengembangan materi dan lain sebagainya. Mengapa? Karena ini berkaitan dengan penilaian dari guru-guru tersebut untuk kedepannya.
Berkaitan dengan tugas yang diberikan, biasanya tugas yang diberikan sih lebih banyak ya, hehehehe.Tantangan yang diberikan juga lebih banyak. Materi yang diberikan juga bukan sekadar dari materi berdasarkan kurikulum nasional, tapi menggunakan kurikulum luar negeri. Tentu ada perbedaan antara materi luar negeri dengan materi lokal.Â
Kemudian apa lagi? Siswa-siswa di sekolah yang mahal cenderung sudah dibiasakan dengan menggunakan bahasa asing, dalam hal ini bahasa inggris (plus mandarin kalau mayoritas tionghoa).Â
Pemahaman bahasa inggris bukan sekadar diterapkan di dalam kelas seperti yang umumnya dilakukan siswa siswa yang belajar bahasa inggris pada mata Pelajaran bahasa inggris, tapi juga diterapkan di luar kelas.
Buktinya? Di sekolah-sekolah yang mahal, dari pengalaman saya, sudah biasa saya temukan siswa bercakap-cakap dengan bahasa inggris, campur-campur dengan bahasa mandarin, bahasa indonesia, dan bahasa jawa sekaligus. Tidak ada yang protes.Â
Begitu juga dengan gurunya yang Sudha biasa dalam bercakap cakap dengan berbagai bahasa yang berbeda. Tidak ada yang diprotes. Sangat berbeda dengan sekolah biasa yang kalau kita coba berbicara dengan bahasa inggris di luar jam Pelajaran, pasti aka nada yang komen, tidak usah sok inggris, pakai bahasa indonesia saja dan lain sebagainya. Padahal imu bahasa asing tidak bisa hanya sekadar belajar di dalam kelas tanpa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini ditambah dengan guru guru yang tidak hanya guru lokal, tapi juga guru dari luar. Ah, masalahnya apa kalau guru dari luar? Masalahnya guru asing, tentu saja memiliki cara pandang yang berbeda dengan guru lokal. Kebetulan dulu saya pernah mengenal guru guru yang berasal dari Australia, Amerika, dan Filipina.Â
Guru-guru asing dengan kultur yang berbeda, mengenalkan saya pada cara pandang baru , kehidupan dari luar negeri yang bukan dari sekadar katanya, tapi memang mendengar langsung kultur dari Masyarakat asing. Guru-guru asing tentu saja membawa pemahaman baru dalam hal belajar bahasa inggris misalnya. Biar bagaimana pengucapan guru asing yang merupakan native speaker dengan guru bahasa inggris lokal pasti berbeda.
Nah, belum lagi fasilitas konsumsi yang disediakan oleh sekolah. Pengalaman pribadi saya, kantin sekolah itu tidak diijinkan untuk menjual minuman bersoda. Selain itu juga tidak boleh ada makanan gorengan yang dijual di kantin.Â
Seberapa besar sih efek makanan bersoda dan makanan gorengan? Ya silahkan saja browsing browsing mengenai dampak negative dari dua jenis konsumsi ini kalau dilakukan dalam jumlah yang besar.Â