Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Kasus dr. Richard dan Farel

14 Agustus 2023   21:45 Diperbarui: 14 Agustus 2023   21:58 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang sedang viral sekarang ini? Tentu masalah antara seorang dokter kecantikan dengan anak yang diangkat jadi anak asuhnya. Kukira dulu ini bakal happy ending, tapi ternyata tidak berakhir happy ending. 

Si anak akhirnya mundur dan si dokter marah dan meminta ganti rugi biaya 40 juta. Yup, ini adalah masalah antara dr. Richard dengan anak muda bernama Farel. Si anak pun bingung mau bayar pakai apa uang 40 juta , mau jual ginjal? Gak tau ya sekarang gimana, karena kisah in ikan terus berlanjut.

Banyak hujatan tentunya yang tertuju kepada si Farel ini. Bagaimana pendapatku? Ya kaget juga dengan keputusan yang diambil oleh si anak. Sebagai seorang pendidik, ada perbedaan antara sebuah sekolah yang mahal dengan sekolah yang biasa. 

Dari yang kudengar, sekolah yang dimasuki oleh Farel yaitu Xaverius adalah sebuah sekolah swasta yang cukup bergengsi (dan mahal pastinya) di Palembang. Sekolah yang mahal bukan sekadar untuk gengsi-gengsian, dimana di dalamnya ada tuntutan yang lebih dari yang seharusnya.

Sekolah mahal pasti menerapkan kurikulum yang bisa jadi berbeda, penanganan yang berbeda termasuk sistem belajar yang berbeda. Hal ini ditambah dengan lingkungan sosial anak yang juga berbeda. 

Pengalaman pribadi, sekolah yang mahal kebetulan adalah sekolah yang didominasi murid-murid keturunan tionghoa dari kelas menengah ke atas. Kita bisa bayangkan apa yang terjadi jika siswa dari kelas bawah mencoba masuk di komunitas seperti ini? Bisa jadi ada perasaan minder, tidak percaya diri. Dulu, jangankan laptop, memiliki sebuah laptop apel digigit saja merupakan sebuah kewajiban. Bagaimana dengan yang tidak mampu?

Hal ini ditambah dengan kurikulum yang digunakan. Bisa jadi kurikulum yang digunakan bukan sekadar kurikulum nasional, tapi juga kurikulum internasional, misalnya kurikulum Cambridge. 

Adanya kurikulum luar mengharuskan siswa untuk menguasai bahasa asing dalam hal ini adalah bahasa inggris dengan baik untuk bisa memahami materi dengan baik. 

Sekolah yang mahal, untuk menjaga mutu biasanya memberikan nilai yang tidak terlalu mudah kepada siswa (ini pengalaman pribadi, jadi tidak bisa disama ratakan). Mengapa hal ini terjadi? Karena sebuah pertanggung jawaban dari sekolah untuk orang tua bahwa anak mereka dididik dan diajar dengan benar.

Sekolah mahal justru berusaha menerapkan aturan yang sudah dibuat dengan baik sehingga membuat orang tua percaya bahwa sekolah benar-benar mendidik muridnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun