Mohon tunggu...
Juan Ardya Guardiola
Juan Ardya Guardiola Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelaut handal

Life goes on pakcik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kita Satu Tapi Tak Menyatu

31 Desember 2021   20:20 Diperbarui: 31 Desember 2021   20:22 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku langsung berlagak keren di depan Bu Novi setelah mendengar perkataan Pak Hassan.

            Tiga puluh menit telah berlalu. Setelah kami selesai membersihkan ruang guru, kami bertiga langsung masuk ke kelas kami masing-masing. Aku dan Nizam menuju kelas XII IPS 1, sedangkan Alea menuju ke kelasnya yaitu XII IPA 2. Sesampainya di kelas, tampaknya teman kami yang lain sudah terlebih dahulu berada di kelas. Hari itu bu guru tidak membawakan materi, namun meminta kepada murid-murid untuk bercerita semasa liburan. Jadi, satu-persatu dari kami mulai bercerita tentang liburan kami selama akhir pekan.

***

            Sebelum aku berangkat sekolah, Alea telah meminta ku untuk pulang bersama ketika kegiatan sekolah telah selesai. Aku mengiyakan permintaannya itu. Namun, ketika sudah sampai di sekolah, aku lupa akan hal itu. Jarum jam telah menunjukkan pukul 11.59 dan sebentar lagi bel sekolah akan berbunyi. Semua murid sedang bersiap untuk pulang. Aldo dan kawan-kawan mengajak ku untuk bermain di rumah Okla. Tanpa berpikir panjang, aku menyetujui hal tersebut.

            Sembari menutup kegiatan belajar mengajar, bu guru menunjukku untuk menutup dalam doa. Setelah itu, kami bergegas ke parkiran sekolah untuk mengambil sepeda motor. Sesaat aku menyalakan sepeda motor, aku teringat bahwa aku telah berjanji kepada Alea untuk pulang bersamanya. Namun di sisi lain, aku akan bermain dengan teman-temanku di rumah Okla. Saat itu, aku bergumul dengan diriku sendiri. Keinginan hati ingin pulang bersama Alea, namun logika berkata lain. Aku berpikir bahwa pulang bersama Alea bisa dilakukan di hari yang akan datang. Oleh karena itu, aku langsung memberikan pesan kepada Alea bahwa aku akan bermain bersama temanku dan meminta maaf karena tidak mengantarnya pulang ke rumah.

            Terik matahari yang menyengat membuat cuaca terasa sangat panas. Aku dan teman-temanku segera menuju gerbang sekolah. Nampaknya, Alea telah menungguku di depan pintu gerbang. Karena sedang melamun, aku tidak menghiraukannya dan melewatinya begitu saja. Sontak, Alea dibuat bingung dengan sikapku. Karena dia bingung, dirinya langsung membuka handphonenya untuk menghubungiku. Namun, pada saat dia melihat dan membaca pesan yang telah ku kirim beberapa saat yang lalu. Seketika dia kecewa dengan keputusanku. Alea berpikir bahwa aku lebih mementingkan teman-temanku dibandingkan dirinya. Setelah tau bahwa aku telah meninggalkan dirinya, Alea langsung memanggil sopir pribadinya untuk menjemputnya.

            Siang menjelang petang, aku dan teman-teman masih asik bermain di rumah Okla. Di sisi lain, Alea masih sangat kecewa denganku. Pasalnya ia ingin mengajakku pergi mengunjungi rumah neneknya selepas kami pulang sekolah. Tetapi, aku justru memilih untuk bermain dengan teman-temanku. Karena suasana hati Alea sedang tidak baik-baik saja, maka ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami. Sore itu, ia meninggalkan pesan kepadaku.

"Len, apa kabar? kamu lagi bahagia ya sama temen kamu? sori ya kalo aku ganggu. Aku tahu kok kamu selama ini terkekang gara-gara ada aku. Sekarang aku udah gak mau ngelarang-larang kamu lagi. Maaf ya kalo aku sering nyusahin. Sejujurnya aku tadi mau ngajak kamu ke rumah nenek, tapi kamu langsung pergi. Padahal kita udah ga ketemu selama liburan. Meskipun aku kangen, tapi itu hak kamu buat main. Terima kasih ya Len udah pernah ada di hidup aku :')" tulis Alea.

          Tepat pada hari itu, hari pertama aku masuk sekolah dan hubungan kami berakhir. Aku menyesal dengan keputusanku. Tapi, nasi sudah jadi bubur. Andai waktu bisa kembali, aku pasti akan mementingkan Alea. Namun, saat ini hanya ada kenangan yang bisa ku ingat. Hari-hari ku jalani tanpa Alea. Tak ada sepatah kata yang terucap ketika aku berpapasan dengannya. Walaupun aku masih ingin bersamanya. Tapi aku tahu bahwa aku telah mengecewakannya. Aku hanya bisa berharap semoga Alea bisa kembali bahagia.

            Kita tidak pernah tahu kapan hal buruk akan terjadi. Lagi pula, hari sial tidak tercatat di kalender. Seharusnya kita tetap berhati-hati dan mawas diri. Supaya apa yang sedang kita jalani tidaklah blunder. Tapi, kadang kita melewatkan hal-hal kecil yang mungkin terlihat sepele bagi kita. Padahal bisa jadi hal-hal kecil tersebut sangat berarti bagi orang lain. Dalam hubungan romantis, sebuah keputusan tidak dapat diambil hanya sepihak. Karena pasangan kita juga memiliki hak. Lalu, yang seakan terlihat baik-baik saja belum tentu baik-baik saja. Dan yang selalu beriringan belum tentu berjalan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun