Mohon tunggu...
Juan Ardya Guardiola
Juan Ardya Guardiola Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelaut handal

Life goes on pakcik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kita Satu Tapi Tak Menyatu

31 Desember 2021   20:20 Diperbarui: 31 Desember 2021   20:22 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Lah, lu gak baca chat di grup? Kita kan kumpul dulu di warung belakang." Jawab Okla

            "Yeu, gak bilang kambing."

            "Lu yang dongo, bukanya buka hp dulu malah langsung berangkat."

            "Yaudah, tungguin! gue sama Valen ke situ." Tutup Nizam.

            Setelah mendapat kabar bahwa teman-teman kami berada di warung belakang sekolah. Tanpa berpikir panjang, kami berdua langsung bergegas menuju ke tempat itu.

***

            Pukul 06.15 kami tiba di warung belakang tempat biasa teman-teman kami berkumpul. Di tempat itu, ada Dhito, Mamet, Aldo, Gibran dan tentunya Okla yang telah menunggu kami. Seketika mereka melihat kami, mereka langsung menyapa dengan gembira. Sebelum duduk, aku tak lupa untuk memesan menu favoritku di warung ini, yaitu kopi hitam ditambah dengan susu kental manis buatan Pakde Aji. Kemudian, aku dan teman-temanku mulai berbincang tentang masa-masa liburan sambil bersenda gurau di warung itu.

            Waktu berlalu, hingga jarum jam menunjukkan pukul 06.40 yang mana kami telah terlambat sepuluh menit untuk masuk ke sekolah. Dalam situasi panik, sepintas aku melihat mobil Alea melewati depan warung. Mendadak, mobil tersebut terhenti dan pintu mulai terbuka. Dengan wajah cantiknya, Alea turun dari mobil lalu berteriak.

"Valen!" Panggil Alea.

Aku pun berlari menghampirinya dan berkata.

"Alea, kamu telat juga?"

"Iya, tadi jalanan macet banget. Kamu kok masih disini?"

"Tadi Aldo ngajakin nongkrong dulu, jadinya telat deh," jawabku sambil menyeringai.

"Ah, kamu, alesan aja."

"Kita berangkat bareng yuk, naik mobil aku. Sekalian kamu ajakin temen-temen kamu."

"Jangan, nanti penuh kalo ada tem---"

"Boleh Alea," sahut Okla dari belakang.

"Valen mah suka gitu, kalo ada pacar, temen dilupain." Tambahnya.

"Bukan gitu," jawabku sambil menahan emosi.

"Yaudah buruan ayo naik." Ajak Alea.

            Hari itu kami datang terlambat. Dengan rasa malu, kami dihukum oleh Pak Kunto dan diperintahkan untuk membersihkan ruangan-ruangan yang ada di sekolah. Aku, Nizam, dan Alea mendapat hukuman untuk membersihkan ruang guru. Aldo, Gibran, dan Okla mendapat hukuman untuk membersihkan ruang praktik. Sedangkan, Dhito dan Mamet mendapat hukuman untuk membersihkan ruang perpustakaan. Kami pun berpisah menuju ruangan masing-masing sambil membawa sapu.

            Di ruang guru, aku dan Alea menjadi bahan perbincangan para guru. Begitu pun dengan Nizam.

"Hadeh, baru juga masuk, udah jadi langganan telat." Ujar Pak Yusuf.

"Mau jadi apa kamu, nak." Tambah Bu Dewi.

"Sebenarnya, kami tuh sengaja telat bu, kan kalo kami sapu ruang guru jadi bersih," jawabku sambil bercanda.

"Valen, gak usah ngejawab kalo dibilangin. Kamu mau bersihin lapangan?!" Tegas Pak Kunto.

"Engga pak, hehe."

"Tapi muridnya Pak Hassan ini udah kayak biji loh, kemana-mana selalu berdua dari kelas satu." Canda Pak Edi.

"Biji..? Biji apa pak, maksudnya?" Tanya Pak Hassan.

Pak Edi hanya membalas dengan tertawa.

"Aduh, anakku sayang, kenapa kamu ikut-ikutan kena hukum sih,"

 "Makannya jangan main sama Valen, nanti kamu ikut-ikutan gak bener." Ujar Bu Novi kepada Nizam.

"Jangan salah bu, murid saya Valen ini berprestasi loh di kelasnya." Tutur Pak Hassan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun