Mohon tunggu...
Soy sauce
Soy sauce Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

sushi enak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pustakawan

20 November 2022   12:34 Diperbarui: 20 November 2022   12:35 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Senang bertemu denganmu juga, kalau aku boleh bertanya siapa namamu?"

"Ahhh benar juga aku lupa memberi tahu namaku, namaku Shin aku pemilik dan penjaga toko buku ini." Ren mengingat namanya dengan baik dan mengucapkan salam dan pergi untuk pulang. Ren pun pulang dengan buku yang dipinjamkan oleh Shin. Ia pulang sekitar jam 10 dan makan malam lalu mandi dan beranjak untuk tidur. Kamar nya sangatlah sepi dan udara dingin mulai menyelimuti di malam hari. Lampu di kamarnya sudah mati dan hanya sedikit cahaya, cahaya itu berwarna kuning tetapi sangat menenangkan dan hangat. Jam dinding di kamarnya tersu berdetak, 1 menit berlalu dan sebentar lagi akan menuju jam 12. Ren tidak bisa tidur karena pertemuannya dengan Shin, dia tertarik untuk membaca buku itu sekarang tetapi karena sudah malam dia akan membaca buku itu besok beruntung juga besok hari Sabtu. Mata Ren mulai menutup dan dia tertidur dengan pulas.

Ren membuka matanya dan melihat sekitar. Pemandangan yang sangat janggal baginya. Dia melihat sebuah rumah dari kayu dan atap jerami, seketika itu juga kepalanya terasa sangat sakit. Memori dari seorang anak kecil masuk kedalamnya, nama dari pemilik memori itu adalah Taro dan dia masih berumur 14 tahun, Taro memiliki seorang adik yang masih berumur 6 tahun bernama Shizuka. Dia melihat ke sekitar dan mendapati Shizuka sedang tertidur di atas kasur tiba-tiba saja ada suara *dar dar* suara yang seperti pistol itu muncul dari luar rumah. Ren yang sekarang berada di tubuh anak kecil bernama Taro mengintip keluar lewat jendela kecil dan melihat para warga lari sambil menggendong barang atau anak mereka. Dari jauh dia bisa melihat pasukan berbaju biru menyerang dengan senjata pistol yang ada di abad dulu. Sedang terjadi perang antara kota A dan kota B dan Taro dengan berasal dari daerah kota A.

Taro menggendong adiknya dan membawa barang bawaannya dengan tergesa-gesa dia mengikuti para warga dan kabur ke daerah huatn. Dia dan adiknya harus pergi kabur agar tidak terlibat perang. Shizuka adiknya itu sakit-sakitan dan setiap hari Taro harus merawat adiknya itu, tetapi dia tidak pernah mengeluh. Dia merawat adiknya dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Setiap pagi Taro akan mengendong Shizuka di belakang dan berjalan menyusuri hutan sambil menghindari pengintaian tentara dari kota B dan setiap malam mereka akan mencari tempat aman untuk bersembunyi dan beristirahat. Makanan mereka lama kelamaan mulai menipis bahkan Taro harus membagi dua sisa makanan yang dibawanya dan memberi sebagian besar untuk Shizuka. Walaupun begitu Shizuka mati akibat kelaparan dan Taro hanya bisa menguburnya, tetapi karena dia tidak ingin agar tubuh adiknya dimakan serigala Taro membakar mayat adiknya itu. Asap mulai berkepulan di atas bukit dan Taro hanya menatap dengan tatapan kosong ke arah api. Ia melihat ke atas langit dia melihat banyak bintang yang biasa ia dan adiknya akan lihat bersama. Melihat bintang-bintang di langitu itu membuat Taro merasa bahwa dadanya sangat sakit dan air mata mulai mengalir dari matanya. Taro menangis tersedu-sedu, tangisannya penuh dengan keputus asaan. Taro terus menagis sepanjang malam. Api di depannya sudah mati dan hanya meninggalkan asap, dia melihat matahari terbit dari atas bukit itu. Taro ingin mengakhiri hidupnya karena adiknya adalah segalanya baginya, disaat orang tua mereka meninggal dia dan adiknya harus hidup bersama dan saling menjaga satu sama lain, tanpa adiknya hidupnya terasa tidak ada maknanya lagi. Melihat ke bawah tebing dia berniat untuk melompat untuk mengakhiri hidupnya. Dia melompat ke bawah dan disaat membuka matanya dia ternyata masih berada di puncak bukit lalu ada suara yang muncul "Apa kau benar-benar ingin mati" suara itu muncul dari belakangnya, disaat Adrien melihat kebelakang dia bisa melihat seseorang dengan jubah hitam yang menutupi wajahnya, walau begitu dia bisa melihat bahwa orang itu memiliki mata berwarna kuning keemasan. Taro terdiam untuk beberapa saat dan menjawab dengan lelah "Walau aku mau hidup pun adikku sudah tidak ada hidupku ini sudah tidak ada artinya lagi. Aku sudah menyerah Shizuka pasti merasa kecewa memiliki kakak yang tidak berguna sepertiku, aku berjanji kepadanya bahwa kita berdua pasti akan hidup damai bersama dan bebas dari perang tetapi aku mengingkari janji itu dan sekarang Shizuka sudah tidak ada."

"Adikmu akan merasa kecewa ya? Padahal itu bukan yang adikmu katakan kepadaku disaat bertemu denganku."

"Aku tidak pernah kenal dengan orang seperti mu, kapan kau bertemu dengan adikku?" tanya Adrien dengan nada kesal.

"Aku membawa adikmu naik perahu, pemandangan di perahu sangatlah hangat dan di atas perahu dia menceritakan bahwa dia memiliki kakak yang kuat, berani, dan penuh kasih sayang. Kakak nya itu selalu menjaga nya di siang dan malam dan selalu mencoba untuk melakukan yang terbaik bagi dirinya. Kakaknya itu kuat karena mampu mengendongnya selama berjam-jam dan tidak lelah. Kakaknya itu berani karena dia mampu menghindar dari pengawasan musuh dan kabur tanpa masalah. Itu lah yang adikmu katakan kepadaku."

Taro terdiam untuk beberapa saat dan sebelum dia bisa menjawab "Adikmu tidak pernah menyalahkan dirimu atas kematiannya. Kau sudah berkerja keras selama ini dan adikmu itu tahu bahwa kaulah yang paling banyak menderita selama ini.

Laki-laki berjubah hitam itu berdiri dan akan pergi, sebelum benar-benar pergi dia berkata "Adikmu menitip pesan agar kau tidak menyalahkan dirimu dan bisa tetap hidup karena dia ingin kakaknya ini hidup dengan damai dan selamat, dia juga mengucapkan terima kasih untuk segalanya."

Taro mulai tersungkur dan menagis sambil meminta maaf kepada adiknya itu, karena dia adalah kakak yang buruk dan mencoba mengakhiri hidupnya. Di atas bukit dengan pemandangan yang indah Taro menatap ke langit biru dan sambil menatap langit dia mengucapkan salam perpisahan terakhir dan beranjak pergi untuk melanjutkan hidupnya.

Ren terbangun di pagi hari dengan mata yang basah. Dia melihat jam dan sadar kalau sekarang baru jam 5 subuh. Ren ingat akan mimpi-mimpinya yang terasa sangat panjang dan nyata itu dan air mata mulai mengalir dari matanya. Ren merasakan sakit di hatinya karena mimpi-mimpi itu, air mata Ren tidak bisa berhenti dan dia menagis tersedu-sedu, butuh beberapa menit agar Ren dapat tenang dan berhenti mengangis. Ren menghapus air mata itu dan melihat buku yang ditaruh nya di meja belajarnya dan mulai membacanya. Ren terkejut bukan main karena isi di buku itu sama dengan mimpi yang dialami olehnya. Dia mandi dan mengenakan baju biru muda dan celana pendek berwarna cokelat muda dan keluar dari rumahnya. Dia bertekad untuk mencari Shin untuk bertanya dan juga mengembalikan buku yang dipinjamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun