"Nanti Kamu akan tahu jawabannya. Aku tidak bisa menceritakannya sekarang," jawabmu penuh misteri.
"Tapi kita masih bisa berteman, kan?" tanyaku meminta kepastian. Aku tidak mau kehilangan kamu lagi. Kamu mengangguk. Tatapanmu kosong ke arah telaga. Meskipun begitu, aku merasa lega.
"Pulang yu, sudah terlalu sore, nanti Kamu dicari ibumu." Â Kamu mengajak.
Sejujurnya aku masih betah berada di situ bersamamu. Apalagi semakin sore, pemandangannya semakin indah, dengan lembayung senja berwarna jingga yang menjadi latarnya, dan angin sore yang berhembus sepoi-sepoi, seolah menarik tanganku untuk tetap berada di sana.
Tapi, hari memang sudah beranjak sore, aku harus segera pulang. Aku tidak mau ayah dan ibu panik mencariku. Akhirnya kami pun meninggalkan tempat itu. Dan sebelumnya aku mengajukan satu permintaan padamu.
"Lain kali, ajak aku kesini lagi, ya?"
Kamu pun hanya mengangguk pelan.
Hari ini memberi begitu banyak kenangan bagiku. Dan aku akan selalu menyimpannya dengan rapi, di salah satu sudut hatiku. Tapi, kenapa waktu begitu cepat berlalu? Bisikku dalam perjalanan pulang. Rasanya baru sepuluh menit aku di situ bersamamu. Ahh, andai waktu ini milik kita....
***
Besoknya, jam 4 sore aku datang ke rumahmu. Tapi aku heran kenapa banyak orang di sana, berpakaian hitam dengan wajah muram dan menunjukkan kesedihan, seolah menyiratkan luka yang dalam. Hatiku bertanya-tanya, ada apakah gerangan? Lantas dimanakah dirimu? Dari tadi aku belum melihatmu. Atau mungkin kamu pun sedang berduka? Aku ingin bertemu denganmu, setidaknya ingin sedikit menghiburmu, mengurangi sedihmu.
 Aku pun segera mencarimu. Tatapanku diedarkan ke seluruh penjuru ruangan. Tapi kamu tidak ada. Aku tidak menemukanmu diantara mereka, lalu dimanakah dirimu sekarang? Apa yang sebenarnya terjadi?