"Aku berniat menerbitkan, tapi sekarang belum selesai, nanti Kamu saja yang menyelesaikan dan menerbitkannya, ya..." pintamu.
"Tapi aku tidak bisa menulis," jawabku jujur. Aku memang tidak pandai menulis puisi, apalagi novel.
"Nanti kalau Kamu sudah membaca novelku, Kamu pasti bisa melanjutkan," katamu optimis.
"Aku tidak yakin."Â Aku malah pesimis.
"Kenapa? Kita kan sahabat, jadi Kamu bisa tahu apa yang ada di pikiranku," kata kamu lagi, meyakinkanku. "Aku yakin itu!"
"Aku tidak janji, ya?"
"Karena Kamu belum mencobanya."
Terserah kamu deh, kataku dalam hati.
"Kenapa tidak Kamu saja yang menyelesaikannya?" tanyaku kemudian.
"Karena aku tidak mungkin kembali ke rumah itu." Suaramu  datar, namun terdengar ada kesedihan di sana.
"Kenapa?" tanyaku penasaran.