Sebuah operasi keamanan yang dilakukan penegak hukum Uni Eropa menemukan lebih dari 2.000 bahan ekstremis di 52 platform media sosial. Kejaksaan Agung RI menyebut ada sekitar 49.000 akun twitter yang terafiliasi jaringan terorisme. Twitter menjadi platform favorit peneror guna melancarkan aksinya.
Tirto menulis, mantan anggota keamanan nasional Amerika Serikat, Hillary Mann Leverett, pada Februari 2015 menyebut ISIS setiap harinya mengirimkan 90.000 pesan digital di akun media sosial mereka. Termasuk Twitter, video di Youtube, postingan di Facebook, blog dan sejenisnya. J.M. Berger, seorang peneliti di Brookings Institution bahkan mengungkap lebih banyak lagi, 200.000 per hari. John Little, pengamat keamanan dan teknologi di Blogs of War, menyebut ISIS menggunakan video, foto, dan kata-kata propagandis untuk menarik perhatian.
Mereka menyasar abege yang mencari jati diri untuk bergabung. Foto dan video tersebut juga digunakan untuk memulai konflik sektarian antara Sunni-Syiah, atau Muslim-nonmuslim. Kebanyakan dari relawan ini berakhir menjadi "pengantin". Perekrut tinggal merekamnya dari jauh. Unggah lalu mencari "pengantin" baru.
Suandri Ansah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H