Kabut teror di Rumah Tahan Salemba Cabang Mako Brimob berakhir hari Kamis, 10 Mei 2018 pagi. Lima polisi gugur dan satu narapidana teroris tewas akibat bentrokan narapidana dengan petugas yang bermula pada Selasa, 8 Mei 2018 malam. Sebanyak 145 narapidana teroris yang mendekam di sana dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakat Nusa Kambangan
Tanpa mengurangi air mata duka atas gugurnya kesatria polisi yang syahid (insyaallah) di medan tempur, ada selipan peristiwa lucu saat huru-hara di Blok C itu berlangsung.Â
Di tengah panasnya situasi, sempat-sempatya napiteroris menayangkan Live TKP lewat fitur siaran Live Instagram dan Facebook. Salah satunya lewat akun instagram @ sem_maliik87. Akun itu sudah tak bisa diakses. Tampaknya, mereka ingin menunjukkan keberhasilan memporak-porandakkan rumah tahanan. Rekaman Live itu lantas menyebar cepat di grup-grup Whatsapp dan media sosial.
Kenapa mereka memilki akses komunikasi berupa telepon seluler? Jangan heran, fasilitas semacam ini mudah didapat di rutan-rutan yang minim pengawasan, penindakan, dan pendisiplinan aturan. Apalagi kalau kenal dekat dengan penjaga, tahanan bisa meminjam darinya. Sekadar untuk bertukar kabar dengan sanak famili dan kerabat. Jika ingin punya handphone sendiri juga bisa. Dengan bayaran tertentu.
Di belakangnya bendera ISIS. Pada foto yang lain nampak gaya yang sama dilakukan beramai-ramai. Sepertinya kelompok mereka punya template sendiri ketika berpose di depan kamera. Foto-fotonya bergerak cepat di media sosial. Penulis tidak yakin benar bahwa surga impian mereka. Jangan-jangan pencapaian tertingginya memang hanya ingin difoto seperti itu sambil memegang senjata asli, di tempat-tempat konflik. Biar dibilang "Jihadis" sejati.
Kenapa mereka selalu mempublikasikan aksi terornya?
Foto aksi mereka telanjur tersebar. Tujuannya apalagi kalau bukan mengabarkan teror. Media sosial menjadi lahan subur teroris menanam bibit ketakutan. Kelompok teroris biasa memanfaatkan internet untuk melakukan pengkaderan, penanaman ideologi, hingga tips dan trik melakukan sebuah "amalan". Anonimitas media sosial membuat mereka leluasa bergerak seperti tikus yang mengendap-endap di tengah malam untuk mencuri tempe goreng di dapur. Menarget mangsa di kondisi gulita.
Alasan paling dasar yakni bahwa mereka ingin dilihat kesetiaannya dan keberhasilannya, baik kepada komandannya atau lawan-lawannya. Seperti pada tragedi ini, saat bentrokan pecah mencuat di media penulis menerima sebuah video narapidana teroris sedang menginjak kepala korbannya yang telah tewas. Dalam pembuka videonya terlihat logo Ahmaq News Agency, jaringan media ISIS. Ya, ISIS pusat seperti membenarkan bahwa ini ulah mereka. Kenapa ISIS gemar mengklaim?
Mereka memamerkan segala bentuk serangannya sebagai pesan kemenangan. ISIS disebut sering akurat dalam mengidentifikasi apakah pelaku teror merupakan anggotanya atau bukan. Analis Gerakan Terorisme, Michale S Smith II kepada The Independent mengatakan, untuk menunjukkan bukti baiatnya, seorang peropaganda akan meminta anggotanya meninggalkan "jejak" sebelum benar-benar melakukan serangan.
Media sosial bak hutan belantara, ia memang terbuka, tetapi memiliki sisi gelap di dalamnya. Mengutip Reuters, ISIS tengah mengembangkan platform media sosial sendiri untuk menghindari tekanan dari perusahaan penyedia media sosial yang ada saat ini.