Mohon tunggu...
Josua Pardede
Josua Pardede Mohon Tunggu... Bankir - Chief Economist - PermataBank

Mathematician who becomes an economist.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tren Energi Hijau: Upaya Mendorong Ekonomi Indonesia yang Berkelanjutan

24 September 2022   09:52 Diperbarui: 28 September 2022   10:00 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dirilis pada Rabu (14/7/2021), memperlihatkan pekerja merawat panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas daya sebesar 400 kilo Watt peak (kWp) di Pulau Sebira. (ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA)

Sebanyak 50,46% persen listrik Indonesia berasal dari PLTU, yang utamanya menggunakan minyak dan juga batu bara, sementara 26,32% berasal dari gas alam, dan 8,32% berasal dari diesel.

Dengan kata lain, kurang lebih 85% sumber energi di Indonesia berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini mengindikasikan bahwa demand untuk energi hijau Indonesia masih sangat terbatas, terutama dalam hal pembangkit listrik.

Hal yang serupa pun juga terjadi pada permintaan untuk energi hijau di sisi transportasi. Total market share dari mobil listrik masih berada di bawah 1% atau sekitar 0,66% dari total penjualan mobil (Agustus 2022).

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kebutuhan akan mobil listrik dan komponennya masih belum tinggi di Indonesia saat ini. Hal ini mungkin disebabkan oleh harga mobil listrik yang masih relatif mahal, diikuti oleh fasilitas pengisiannya di kawasan Indonesia.

Berbeda dengan demand yang masih sangat terbatas, industri Indonesia sudah mulai mengambil peran dalam supply chain industri terbarukan dengan sudah dimulainya industri hilirisasi nikel.

Nikel merupakan salah satu komoditas utama untuk pembuatan baterai, sehingga komoditas ini menjadi krusial dalam pengembangan energi hijau secara global. Proses hilirisasi nikel juga diikuti oleh minat investasi para investor kepada industri manufaktur, yang masuk kategori logam dasar.

Investasi asing di sektor logam dasar tercatat tumbuh 16,8% di tahun 2021, serta tumbuh 63,4% yoy sepanjang paruh pertama 2022. Bila dilihat dari perkembangannya sejak krisis, industri logam dasar mampu tumbuh positif di tengah pandemi, bahkan di tengah tantangan inflasi global yang meningkat sejak awal 2022 lalu.

Kondisi demikian merefleksikan bahwa dari sisi supply, Indonesia sudah mulai mengambil kesempatan dalam memanfaatkan tren energi hijau global.

Kondisi supply dan demand yang cenderung tidak seimbang, berimplikasi pada potensi ekspor, bila para pengusaha Indonesia mampu memanfaatkan momentum tren energi terbarukan ke depannya.

Seiring dengan isu lingkungan yang semakin butuh diperhatikan akibat dampak global warming, dibutuhkan perhatian lanjutan dari pemerintah untuk isu kelistrikan Indonesia serta transportasi secara umum.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun