Sebanyak 50,46% persen listrik Indonesia berasal dari PLTU, yang utamanya menggunakan minyak dan juga batu bara, sementara 26,32% berasal dari gas alam, dan 8,32% berasal dari diesel.
Dengan kata lain, kurang lebih 85% sumber energi di Indonesia berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini mengindikasikan bahwa demand untuk energi hijau Indonesia masih sangat terbatas, terutama dalam hal pembangkit listrik.
Hal yang serupa pun juga terjadi pada permintaan untuk energi hijau di sisi transportasi. Total market share dari mobil listrik masih berada di bawah 1% atau sekitar 0,66% dari total penjualan mobil (Agustus 2022).
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kebutuhan akan mobil listrik dan komponennya masih belum tinggi di Indonesia saat ini. Hal ini mungkin disebabkan oleh harga mobil listrik yang masih relatif mahal, diikuti oleh fasilitas pengisiannya di kawasan Indonesia.
Berbeda dengan demand yang masih sangat terbatas, industri Indonesia sudah mulai mengambil peran dalam supply chain industri terbarukan dengan sudah dimulainya industri hilirisasi nikel.
Nikel merupakan salah satu komoditas utama untuk pembuatan baterai, sehingga komoditas ini menjadi krusial dalam pengembangan energi hijau secara global. Proses hilirisasi nikel juga diikuti oleh minat investasi para investor kepada industri manufaktur, yang masuk kategori logam dasar.
Investasi asing di sektor logam dasar tercatat tumbuh 16,8% di tahun 2021, serta tumbuh 63,4% yoy sepanjang paruh pertama 2022. Bila dilihat dari perkembangannya sejak krisis, industri logam dasar mampu tumbuh positif di tengah pandemi, bahkan di tengah tantangan inflasi global yang meningkat sejak awal 2022 lalu.
Kondisi demikian merefleksikan bahwa dari sisi supply, Indonesia sudah mulai mengambil kesempatan dalam memanfaatkan tren energi hijau global.
Kondisi supply dan demand yang cenderung tidak seimbang, berimplikasi pada potensi ekspor, bila para pengusaha Indonesia mampu memanfaatkan momentum tren energi terbarukan ke depannya.
Seiring dengan isu lingkungan yang semakin butuh diperhatikan akibat dampak global warming, dibutuhkan perhatian lanjutan dari pemerintah untuk isu kelistrikan Indonesia serta transportasi secara umum.