Selain dari sisi pembangkit, terjadi juga peralihan untuk energi kendaraan bermotor, yang mana awalnya sangat bergantung pada minyak olahan menjadi listrik.
Fenomena ini terutama berkembang di negara-negara maju, di mana akses listrik relatif sudah terjangkau untuk semua masyarakatnya.
Meskipun memang peralihan kendaraan bermotor ini cenderung hanya memindahkan potensi polusi dari wilayah perkotaan ke wilayah pembangkit, terutama bila pembangkit listriknya masih menggunakan bahan bakar fosil.
Dengan kondisi tersebut, serta masih tingginya ketidakpastian global untuk komoditas energi, insentif untuk beralih ke energi terbarukan cenderung meningkat, di tahun-tahun ini maupun ke depannya.
Semakin efisiennya inovasi dalam energi hijau juga berpeluang untuk menarik minat investor untuk berinvestasi di komponen pendukung energi hijau ini.
Kebutuhan akan energi hijau dari sisi transportasi dan juga pembangkit mendorong kenaikan permintaan akan baterai listrik dan komponennya. Untuk pembangkit listrik, seiring dengan ketergantungannya akan kondisi alam, maka dibutuhkan baterai sebagai penyangga kondisi alam tertentu.
Seperti misalkan pembangkit listrik tenaga surya, yang membutuhkan baterai ketika malam hari ataupun kondisi sinar matahari tidak mencukupi kebutuhan akan listrik di saat itu.
Kondisi lainnya, seperti adanya perubahan arah kekuatan angin untuk pembangkit tenaga angin, yang kemudian berdampak pada input pembangkit tersebut. Sementara itu, mengingat transportasi listrik menggunakan listrik sebagai sumber utamanya, maka dibutuhkan pula baterai sebagai alat penyimpanannya.Â
Kebutuhan akan baterai untuk aktivitas ekonomi yang lebih hijau mendorong salah satu komoditas pendukung pembuatan baterai, nikel, meningkat permintaannya.
Energi Hijau di Indonesia: Supply dan Demand
Permintaan akan energi hijau di Indonesia cenderung masih sangat terbatas, terutama karena Indonesia merupakan negara utama penghasil batu bara, sehingga secara relatif energi kotor masih murah. Bila dilihat dari bauran energi Indonesia, sebagian besar pembangkit listrik Indonesia masih menggunakan energi fosil.