"Apa yang benar saja, bagaimana caranya bermain suit dengan cermin? Kelakuan anak kecil memang ada ada saja. Hahahahah...." Guman dimas dalam hati
"Yeyy, aku menang lagi" Jerit adik dimas
Dimas kaget. jantungnya berdebar debar. Pikirannya kacau serasa berjuta pertanyaan masuk dalam pikirannya. Bagaimana bisa dia menang bermain suid dengan cermin? Itu hanya sebuah cermin! Secara logika cermin hanya memanculkan saja jadi tidak mungkin seseorng dapat menang bermain suit dengan cermin.
Dimas kembali memastikan apa itu adiknya atau bukan
Dek? Itu adik ku atau bukan? Bukan itu bukan adik ku. Seorang gadis kecil dengan baju tidur. Lucunya, tapi saying suasanya tidak mendukung, baju kusut, rambut berantakan. Dimas hanya memiliki sebuah pertanyaan, apa dia manusia? Dimas sendiri tidak yakin.
Mendadak dimas merasa, apa dirinya melakukan kesalahan selama di sini? Mengapa hatinya merasa tak nyaman. Seolah dia berbuat kesalahan sejak pertama dating ke sini.
"Apa kesalahanku? Ahh, aku ingat aku lupa mengucapakan salam."
"Sepertinya penjaga di sini tidak menerima kehadiranku karena aku kurang sopan." Simpul dimas dalam hatinya.
Sekarang aku harus apa? Minta maaf? Tidak-tidak, itu terdengar terlalu nekat. Matanya membelalak ketika mendengan suara langkah kaki mendekat. Meski samar-samar, langkah kaki itu terdengar jelas. Dengan cahaya remang-remang Dimas melihat kea rah sana sekali lagi dan dia terlihat diam di tempat.
Petir menyambar, cahayanya lagi-lagi masuk ke dalam rumah membuat suasana semakin mencekam. Setiap petir berbunyi, dia selalu terlihat semakin dekat dan dekat.
Dimas merasa tubuhnya kaku tak mau bergerak seolah kakinya ditahan walau dia sudah memaksa jalan. Detik itu juga akhirnya Dimas berlari sekuat tenagha kembali ke kamar. Dia langsung mengunci pintu dari dalam. Bersadar di balik pintu. Untunfnya pintu ini hanya bisa dibuka dari arah dalam saja. Nafasnya terasa tersenggal-senggal, jantungnya berdetak cepat. Keringat bercucuran di seluruh tubuhnya, namun hawanya masih terasa dingin.
Dimas segera merebahkan tubuhnya di atas karus kemudian menup seluruh tubuhnya dengan selimut dari atas kepa hingga kaki. Dia masih saja takut.