Mulat sarira angrasa wani. Berani berintrospeksi dan mawas diri, slogan itulah yang tertanam dalam jiwa setiap warga Solo, sama seperti semboyan kotanya. Masyarakatnya yang ramah dan santun melengkapi keberagaman harmonis yang mengakar kuat di tanah Solo. Mengitari alun-alun Keraton, saya mendengar bunyi permainan musik gamelan nan merdu yang menggugah telinga saya untuk terus mendengarnya. Saya menoleh ke arah alun-alun, menumbuhkan rasa bangga dalam hati bahwa seluruh keindahan budaya ini turut merajut Indonesia yang kuat dan merdeka hingga sekarang.
Keraton Kasunanan Surakarta dahulu dibangun oleh Pakoe Boewono II pada tahun 1745 Masehi sebagai akibat perpindahan keraton dari Kartosuro yang jaraknya kurang lebih 12 km dari lokasi Keraton Kasunanan saat ini. Keraton ini dilengkapi dengan galeri seni yang menyimpan beragam jenis benda-benda pusaka dengan nilai seni dan sejarah yang tinggi, misalnya artefak dan senjata. Letak keraton ini bersebelahan dengan Masjid Raya Keraton Surakarta.
Alun-alun Keraton sudah lewat, kini saatnya melewati supit urang, yakni sebuah lorong kecil arah masuk ke Kompleks Keraton Kasunanan Surakarta. Lorong ini terbilang sempit, tak jarang kendaraan yang berbondong-bondong melaluinya harus melaju tersendat. Memang, lorong ini kerap menjadi biang kemacetan. Muaranya tak lain dan tak bukan adalah Pasar Klewer, sebuah pasar tradisional ternama di Solo.
Â
[caption id="attachment_330381" align="aligncenter" width="576" caption="Para guru SMP tengah menyaksikan langkah siswa-sisiwinya yang lulus ujian nasional. (joshualimyadi)"]
[caption id="attachment_330382" align="aligncenter" width="576" caption="Sepasang siswa-siswi tengah berjalan bak peragawan dan peragawati, hendak mengambil pengumuman kelulusan mereka di sebuah SMP dekat Keraton Surakarta. (joshualimyadi)"]
Laju becak kami hentikan setelah kami melihat sebuah fashion show digelar di sebuah SMP negeri. Para siswa berbeskap dan siswi berkebaya lenggak-lenggok perlahan menghampiri guru mereka untuk mengambil sebuah surat. Ternyata surat itu adalah pengumuman kelulusan ujian nasional yang belum lama digelar. Pemandangan ini sungguh sangat jarang terlihat di kota-kota besar seperti Jakarta. Biasanya, perayaan kelulusan dirayakan dengan cara negarif seperti corat-coret seragam sekolah. Lain halnya dengan kota budaya seperti Solo.
Seorang petugas kepolisian dari Polsek Pasar Kliwon, Sugeng Rudiatmo, kepada kami mengatakan, "Acara ini digelar pihak sekolah dalam rangka merayakan kelulusan para siswa-siswinya dengan cara yang positif. Mengingat lokasi sekolah ini berdekatan dengan Keraton Surakarta yang sangat kromo, hal ini bertujuan untuk mencegah cara-cara negatif merayakan kelulusan."
Sugeng juga menambahkan, pihaknya telah menyebar banyak petugas kepolisian untuk mengamankan pengumuman kelulusan di sekolah-sekolah yang letaknya berdekatan dengan keraton maupun sekitar Kecamatan Pasar Kliwon. Meski sekolah yang saat itu dijaganya baru pertama kali menyelenggarakan acara fashion show busana tradisional tersebut, sekolah tersebut akan menjadikannya tradisi yang digelar setiap tahunnya jelang pengumuman kelulusan.
[caption id="attachment_330383" align="aligncenter" width="576" caption="Penunjuk jalan di kawasan Kampung Batik Kauman. (joshualimyadi)"]