Mempelajari ilmu filsafat berarti menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang mendasar dan fundamental yang tidak lagi ditanyakan oleh sebagian besar orang. Pemikiran filsafat dari zaman Yunani Kuno hingga kini menunjukkan kesinambungan ide yang diwariskan lintas generasi. Filsafat menyentuh lapisan terdalam dari sebuah subjek.
 Realitas, apa yang dapat kita ketahui, kebenaran, moralitas, tujuan hidup menjadi dasar penting pembangunan pemikiran kritis dan budaya masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan fundamental dijawab oleh filsuf yang satu, kemudian dikritik oleh filsuf yang lain, dan secara terus-menerus membentuk sebuah alam pikir dalam kurun waktu tertentu.
Filsafat terus berkembang dalam proses yang dinamis, sebagaimana manusia menghadapi perubahan dunia dari berbagai segi. Â Namun, filsafat tampaknya mengalami dekadensi. Minat terhadap filsafat mengalami kemerosotan. Di era sekarang, dunia menghadapi perkembangan paling signifikan dalam hal kemajuan teknologi, lebih khususnya lagi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), dan transformasi digital.Â
Menghadapi perkembangan ini, dunia membutuhkan orang-orang yang punya keterampilan praktis dan teknis, serta aplikatif, karena hal ini mengambil fokus utama di lapangan. Sementara itu, filsafat dianggap sebagai bidang yang abstrak, membingungkan, teoretis dan konseptual. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Aku Pintar pada tahun 2021, diperolehlah data bahwa jurusan teknik menjadi pilihan favorit pelajar dengan persentase 16,2%, disusul oleh pendidikan (7,4%), kedokteran (7,3%).Â
Jurusan ini diminati karena menawarkan prospek kerja yang luas serta keahlian yang spesifik dan aplikatif. Data ini mencerminkan pergeseran persepsi masyarakat yang lebih menekankan aspek teknis disbanding eksplorasi konseptual mendalam, serta kebutuhan pada pasar kerja terkait dengan profesi yang dibutuhkan di masa mendatang.
Ini menandakan bahwa masyarakat telah memahami dan menyadari perlunya penekanan pada aspek terapan dari sebuah disiplin ilmu. Perkembangan era digital seolah-olah memberi isyarat bahwa filsafat sudah sampai pada batas terakhirnya yang mampu menjelaskan realitas, dan ilmu pengerathuan serta teknologi telah menggantikan filsafat dalam menjawab kebutuhan manusia.Â
Inilah yang diungkapkan oleh Martin Heidegger dalam esainya: "The end of Philosophy." Dunia modern yang lebih teknis telah mempengaruhi posisi filsafat.Â
Perkembangan teknologi yang semakin tajam telah membentuk pola pikir dan nilai-nilai baru dalam tatanan masyarakat. Penelitian-penelitian terhadap ilmu pengetahuan semakin berkembang dan membentuk sebuah spesialisasi yang tajam, sehingga filsafat perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan baru.Â
Arus perkembangan revolusi industri semakin canggih, sehingga diperlukan sebuah keterampilan yang lebih praktis untuk mengendalikannya di lapangan. Â Dalam sebuah artikel berjudul "11 jurusan paling tidak diminati di Indonesia" yang dikutip dari polteksci.ac.id, filsafat masuk dalam 11 besar jurusan yang paling tidak diminati oleh mahasiswa karena adanya persepsi bahwa prospek kerja jurusan ini tidak jelas, dan tidak adanya keterampilan praktis yang berguna untuk diaplikasikan dalam lapangan pekerjaan.Â
Menurut kesaksian romo Franz Magnis Suseno, guru besar filsafat Universitas Driyarkara, hanya ada 2 universitas yang menyediakan jurusan filsafat, yaitu Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gajah Mada (UGM). Sepertinya filsafat belum sepenuhnya mendapat simpati akdemik dalam ranah perguruan tinggi.
Meskipun dianggap kurang diminati, filsafat tetap memiliki kontribusi penting di era modern. Lalu yang menjadi pertanyaannya: di manakah letak relevansi filsafat di era ini? Apakah filsafat masih bisa mendapat tempatnya? Â Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus mengerti apa hakikat filsafat itu sendiri dan di ranah mana filsafat itu sendiri berada.Â
Dalam studi, filsafat mempelajari eksistensi, pengetahuan, nilai, pikian dan bahasa.Â
Dalam arti tertentu, kita dapat mengatakan bahwa filsafat sendiri merupakan sebuah eksplorasi atas pertanyaan-pertanyaan besar dalam kehidupan. Filsafat membantu kita sebagai sebuah disiplin dalam sebuah perjumpaan di lapangan ilmu lain dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Filsafat punya pengaruh yang signifikan dalam berbagai area kehidupan dan lintas profesi, seperti kesenian, sains dan juga politik. Berikut ini adalah dua poin penting kekuatan filsafat di masa kini:
- Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) menuntut manusia supaya dapat merefleksikan diri. Posisi manusia dengan kapasistas sebagai makhluk yang berakal budi seharusnya menumbuhkan kesadaran agar terus mengenal dan dan menjelajahi lautan perkembangan ilmiah untuk mencapai kebenaran. Kebenaran itu adalah sesuatu yang selalu dipikirkan tanpa peduli ia akan berhenti di mana, dan kapan ia akan selesai dibahas. Maksudya ialah keterampilan berpikir kritis untuk menanggapi arus transformasi dan perkembangan dunia sangatlah dibutuhkan, dan filsafat membantu manusia untuk menanggapi hal ini. Berbekal keterampilan berpikir kritis, manusia dapat bertindak secara bijaksana dan mampu berdiri menghadapi semarak dunia dengan ragam perkembangan yang semakin tajam.
- Kemampuan adaptasi. Filsafat tidak dapat dipahami secara terbatas pada teori-teori atau konsep-konsep yang abstrak ataupun sekadar ide, tetapi flsafat berperan mengangkat disiplin ilmu menjadi lebih mandiri. Dalam arti tertentu, transformasi yang dialami oleh ilmu pengetahuan dan teknologi melalui bantuan filsafat dapat diubah menjadi sesuatu yang dapat dipahami secara lebih mendalam. Filsafat juga mendorong kita untuk melihat berbagai kemungkinan arah dalam transformasi itu. Secara sederhana, filsafat mampu menanggapi arus perubahan dalam zaman ini, dan fleksibel terhadap tantangan baru dan mampu beradaptasi untuk kemajuan umat manusia di tengah arus transformasi. Persoalan-persoalan baru yang dihadapi manusia sekarang dapat dipertanggungjawabkan dengan perspektif filosofis dari cabang ilmunya sendiri: misalnya membantu memahami dampak sosial dan moral dari kecerdasan buatan dengan pendekatan etika.
Pada akhirnya, kita harus mengakui bahwa transformasi digital dan perkembangan teknologi telah merubah tatanan hidup masyarakat dari berbagai aspek: sosial, ekonomi, budaya menjadi sebuah terapan yang praktis dan sangat membantu manusia dalam menghadapi tantangan zaman.Â
Fenomena ini secara tidak langsung telah merubah perspektif masyarakat terhadap filsafat bahwa filsafat terlalu sepele dan rumit, bahkan filsafat dianggap kurang signifikan dan terabaikan.Â
Anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Sebaliknya, kita mampu melihat relevansi filsafat, bahkan betapa vitalnya filsafat yang tetap berdiri tegak dalam menghadapi tantangan zaman dan tidak pernah berhenti menjawab persoalan manusia.Â
Dalam arti tertentu, filsafat tidak pernah berhenti menempatkan dirinya untuk tetap terlibat dalam sebuah sumpansi memahami dunia dengan sebuah tujuan utama: kesejahteraan umat manusia. "Kita tidak berpikir untuk memecahkan masalah, tetapi untuk menemukan pertanyaan yang paling tepat yang dapat mengungkap esensi dari masalah tersebut." (Martin Heidegger)***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H