Mohon tunggu...
joshuakembi
joshuakembi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya gemar menulis tentang sesuatu yang dalam.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Kecerdasan dan Kebijaksanaan, Masa Depan Filsafat

4 Desember 2024   12:48 Diperbarui: 4 Desember 2024   12:54 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mempelajari ilmu filsafat berarti menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang mendasar dan fundamental yang tidak lagi ditanyakan oleh sebagian besar orang. Pemikiran filsafat dari zaman Yunani Kuno hingga kini menunjukkan kesinambungan ide yang diwariskan lintas generasi. Filsafat menyentuh lapisan terdalam dari sebuah subjek.

 Realitas, apa yang dapat kita ketahui, kebenaran, moralitas, tujuan hidup menjadi dasar penting pembangunan pemikiran kritis dan budaya masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan fundamental dijawab oleh filsuf yang satu, kemudian dikritik oleh filsuf yang lain, dan secara terus-menerus membentuk sebuah alam pikir dalam kurun waktu tertentu.

Filsafat terus berkembang dalam proses yang dinamis, sebagaimana manusia menghadapi perubahan dunia dari berbagai segi.  Namun, filsafat tampaknya mengalami dekadensi. Minat terhadap filsafat mengalami kemerosotan. Di era sekarang, dunia menghadapi perkembangan paling signifikan dalam hal kemajuan teknologi, lebih khususnya lagi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), dan transformasi digital. 

Menghadapi perkembangan ini, dunia membutuhkan orang-orang yang punya keterampilan praktis dan teknis, serta aplikatif, karena hal ini mengambil fokus utama di lapangan. Sementara itu, filsafat dianggap sebagai bidang yang abstrak, membingungkan, teoretis dan konseptual. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Aku Pintar pada tahun 2021, diperolehlah data bahwa jurusan teknik menjadi pilihan favorit pelajar dengan persentase 16,2%, disusul oleh pendidikan (7,4%), kedokteran (7,3%). 

Jurusan ini diminati karena menawarkan prospek kerja yang luas serta keahlian yang spesifik dan aplikatif. Data ini mencerminkan pergeseran persepsi masyarakat yang lebih menekankan aspek teknis disbanding eksplorasi konseptual mendalam, serta kebutuhan pada pasar kerja terkait dengan profesi yang dibutuhkan di masa mendatang.

Ini menandakan bahwa masyarakat telah memahami dan menyadari perlunya penekanan pada aspek terapan dari sebuah disiplin ilmu. Perkembangan era digital seolah-olah memberi isyarat bahwa filsafat sudah sampai pada batas terakhirnya yang mampu menjelaskan realitas, dan ilmu pengerathuan serta teknologi telah menggantikan filsafat dalam menjawab kebutuhan manusia. 

Inilah yang diungkapkan oleh Martin Heidegger dalam esainya: "The end of Philosophy." Dunia modern yang lebih teknis telah mempengaruhi posisi filsafat. 

Perkembangan teknologi yang semakin tajam telah membentuk pola pikir dan nilai-nilai baru dalam tatanan masyarakat. Penelitian-penelitian terhadap ilmu pengetahuan semakin berkembang dan membentuk sebuah spesialisasi yang tajam, sehingga filsafat perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan baru. 

Arus perkembangan revolusi industri semakin canggih, sehingga diperlukan sebuah keterampilan yang lebih praktis untuk mengendalikannya di lapangan.  Dalam sebuah artikel berjudul "11 jurusan paling tidak diminati di Indonesia" yang dikutip dari polteksci.ac.id, filsafat masuk dalam 11 besar jurusan yang paling tidak diminati oleh mahasiswa karena adanya persepsi bahwa prospek kerja jurusan ini tidak jelas, dan tidak adanya keterampilan praktis yang berguna untuk diaplikasikan dalam lapangan pekerjaan. 

Menurut kesaksian romo Franz Magnis Suseno, guru besar filsafat Universitas Driyarkara, hanya ada 2 universitas yang menyediakan jurusan filsafat, yaitu Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gajah Mada (UGM). Sepertinya filsafat belum sepenuhnya mendapat simpati akdemik dalam ranah perguruan tinggi.

Meskipun dianggap kurang diminati, filsafat tetap memiliki kontribusi penting di era modern. Lalu yang menjadi pertanyaannya: di manakah letak relevansi filsafat di era ini? Apakah filsafat masih bisa mendapat tempatnya?  Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus mengerti apa hakikat filsafat itu sendiri dan di ranah mana filsafat itu sendiri berada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun